TUBAN, Tugujatim.id – Begitu dahsyatnya kekuatan data seakan bisa membuat manusia ‘menolak’ perintah Tuhan. Bayangkan saja, dengan sajian data sebaran Covid-19 di dunia, baik Indonesia, Arab Saudi dan negara lain, semua sepakat angka penyebaran virus masih tinggi hingga diambil keputusan untuk menunda keberangkatan dan penyelenggaraan ibadah haji.
Di dunia jurnalistik, penyajian data juga dinilai memiliki kekuatan yang powerful. Hal tersebut menjadi bahasan dalam pelatihan jurnalistik Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) 2021 Batch III yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bekerja sama dengan PT Paragon Technology and Innovation, Senin (27/9/2021).
“Bisa dilihat bagaimana data Covid-19, dihimpun dari berbagi dunia. Kemudian diolah dan disajikan. Kekuatannya powerful sekali,” ungkap Frans Surdiasis, salah satu mentor FJP dalam pengayaan materi jurnalis data di pelatihan jurnalistik FJP 2021.
Satu per satu teori penting jurnalisme data yang dihimpun dari beberapa ahli dipaparkan oleh mantan wartawan Harian Duta Masyarakat ini. Pada praktiknya, jurnalisme data sangat dibutuhkan bagi seorang jurnalis. Terlebih di masa kecanggihan teknologi dan digitalisasi media.
Data yang disajikan dengan ‘story telling with data’ bisa mempermudah pembaca untuk memahami yang dihasilkan produk berita.
“Apalagi hari ini. Cukup data dengan ceritakan sedikit di dalamanya, dan diperlihatkan grafik atau yang lain sebagainya. Pembaca akan mudah memahaminya,”ungkap pria yang akrab disapa bung Frans ini.
Data bisa didapatkan dari berbagi sumber. Seperti contoh lembaga statistik resmi seperti BPS, kantor kementerian atau lembaga negara, lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga internasional seperti World Bank atau UNICEF. Tak hanya itu, data juga bisa diambil dari organisasi atau lembaga bisnis seperti Kadin, Gaikkindo, maupun public data.
“Tinggal bagaimana kita mengolah dan menyajikan data itu dengan semenarik mungkin,” tandas Frans..
Sementara itu, pada sesi bahasan materi juga tak kalah menarik. Peserta diberikan bekal penulisan feature dengan mengangkat isu-isu pendidikan. Isu pendidikan dianggap masih kalah dengan isu lainnya, seperti politik, ekonomi, olahraga dan lainya. Sehingga diperlukan cara jitu untuk menyajikan sebuah berita yang menarik salah satunya dengan penulisan feature.
Features merupakan salah satu produk jurnalistik yang menyoroti orang, tempat, atau peristiwa tertentu dengan pemaparan rinci. Tulisan ini, disusun untuk mengeksplorasi dan mengembangkan cerita yang mengandung elemen human interest dan menyentuh aspek emosional pembaca.
“Jenis ini biasanya tidak memiliki news value sebesar berita-berita utama. Akan tetapi mengandung sisi lain yang bisa tak kalah menariknya,” ungkap pemateri Haryo Prasetyo.
Yang terpenting, dalam penulisan ini, masih kata mantan wartawan senior Media Indonesia ini, adalah akurasi dalam menyajikan data. Baik ejaan nama, usia, daerha tempat tinggal, dan data identitas lainnya.
Kemudian minimalkan dan bersihkan tulisan dari typo, ubah kalimat dari narsum dengan kalimat sendiri untuk memperlancar gaya bertutur, serta mematangkan persiapan dengan menyusun Term of Reference atau ToR.
“Jangan sampai terjadi kesalahan dalam penulisan. Karena berakibat tulisan tidak jadi dan pembaca akan mudah menskipnya (melewati tanpa membaca, red),” pungkasnya.