MALANG, Tugujatim.id – Wacana Bupati Malang Muhammad Sanusi ingin mengubah nama Kabupaten Malang menjadi Kabupaten Kepanjen menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat. Salah satunya muncul dari Ahli Ilmu Jawa atau guru spiritual asal Malang, yaitu Eyang Djati Kusuma.
Dia mengatakan, untuk penggantian nama Kabupaten Malang menjadi Kabupaten Kepanjen itu kurang dinamis.
“Saya hanya bisa berwacana, Kepanjen itu dari kata Panji yang artinya Satria. Tapi, kok rasanya kurang dinamis karena sebutan nama itu terkait psikologis penyebut,” terangnya saat dikonfirmasi oleh jurnalis Tugu Malang, partner Tugu Jatim, Selasa (28/09/2021).
Dia melanjutkan, daripada Kabupaten Kepanjen ya lebih baik nama Kabupaten Singhasari.
“Kabupaten Malang itu sektor ekonominya di antaranya pariwisata. Rasanya lebih mantap jadi Kabupaten Singhasari,” usulnya.
Lebih lanjut, pria yang tinggal di Kota Malang ini juga menceritakan arti nama dari Malang itu sendiri.
“Pada abad XII disebut Malai Kuciswara yang artinya negeri yang subur makmur,” bebernya.
Lalu nama Malai Kuciswara diubah oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menangkap Untung Suropati.
“Belanda mengubah jadi Malang karena untuk nangkap Untung Suropati dan kawan-kawannya,” ungkapnya.
Terakhir, Eyang Djati Kusuma juga mengatakan, untuk mengubah nama tidak bisa sembarang dilakukan. Apalagi mengubah nama suatu wilayah yang usianya sudah ribuan tahun.
“Sekarang era informasi, untuk mengubah nama gampang populer. Nama itu sabda, upacara ritualnya harus ada di tempat leluhur kita yang tertua,” tegasnya.
Dia juga mengatakan, perubahan nama juga berpengaruh kepada peruntungan seseorang atau wilayah.
“Saya waktu lahir nama saya Sukoto, tapi saya sakit-sakitan. Lalu oleh orang tua diubah menjadi Sudjathi, dan sejak itu rezeki orang tua melesat sehingga bisa menghidupi adik-adik saya yang jumlahnya 10 orang,” ujarnya.