BOGOR, Tugujatim.id – Kamu ingin merasakan sensasi field trip seru dan menyenangkan di Kabupaten Bogor? Tidak ada salahnya kamu menjajal berkunjung ke Kampoeng Wisata Cinangneng Bogor. Tidak hanya seru, tapi pengunjung juga bisa belajar banyak hal di sana lho. Kepoin yuk!
Kampoeng Wisata Cinangneng Bogor yang satu ini bakal menawarkan bagaimana cara bersenang-senang dengan cara unik dan berbeda dari wisata lainnya. Sebab, pengunjung justru diajari dan diedukasi belajar budaya tradisional.
Lokasi Kampoeng Wisata Cinangneng Bogor
Kampoeng Wisata Cinangneng berada di Jl Babakan Kemang, RT 1/RW 2, Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Untuk pergi ke sana, kamu bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
Jika kamu menggunakan kendaraan umum biasanya dari Pusat Kota Bogor membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di lokasi. Namun, untuk transportasi umum kamu membutuhkan waktu lebih lama yaitu 1¼ jam paling cepat untuk sampai destinasi dengan menggunakan tiga angkot berbeda.
Fasilitas
Untuk fasilitas yang diberikan tidak perlu ditanya lagi pasti mengusung tema melestarikan budaya yang ada yaitu seperti membuat makanan dan minuman tradisional, tata cara bermain gamelan, bermain angklung, bernyanyi dan menari tradisional, menanam padi, dan masih banyak lagi.
Mulai dari membuat makanan dan minuman tradisional, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui gaya hidup masyarakat desa melalui makanannya. Pengunjung akan belajar cara membuat makanan tradisional dan jamu sebagai minuman tradisional.
Setiap makanan dan minuman alam memiliki khasiat yang berbeda-beda. Hal ini menjadi daya tarik dari fasilitas yang satu ini karena pengunjung akan merasakan manfaat sumber daya alam bagi kebugaran dan kesehatan secara keseluruhan.
Selanjutnya bermain gamelan. Musik tradisional dari Jawa ini sebagian besar terdiri dari instrumen jenis metalofon dan gong yang menghasilkan nada ketika dipukul dengan tabuh. Melalui kegiatan ini, pengunjung akan belajar memainkan gamelan yang dimulai dari aturan posisi duduk, gerakan tangan berapa nomor yang akan dipukul, dan masing-masing pengunjung dalam kelompok akan ditugaskan memainkan alat musik yang berbeda-beda.
Dan yang hampir mirip dengan sebelumnya yaitu bermain angklung. Nah, angklung adalah alat musik tradisional Sunda yang terbuat dari bambu dan hanya berbunyi seperti musik jika dimainkan secara bersamaan. Para pengunjung akan berinteraksi dan diarahkan oleh pemandu untuk memainkan beberapa lagu dengan menggunakan instrumen tersebut.
Fasilitas bernyanyi dan menari tradisional di sini akan diajarkan menari jaipong. Untuk Jaipong merupakan tarian tradisional Sunda dengan musik dan koreografi yang dinamis. Pengunjung akan belajar menari dengan gerakan sederhana dengan mengenakan kostum tradisional.
Terakhir, menanam padi yaitu mengajari pengunjung kegiatan menanam padi untuk merasakan pekerjaan-pekerjaan utama masyarakat kampung. Tim kampoeng wisata ini akan menyiapkan sawah dan bibit yang akan ditanam. Kegiatan ini diawasi secara ketat oleh tim.
Masih ada banyak fasilitas lain yang tidak sempat disebutkan seperti memandikan kerbau, membuat boneka daun, mewarnai caping, dan berkeliling kampung. Fasilitas-faslilitas lain itu bisa kamu lakukan jika merasa masih kurang banyak aktivitas yang telah dilakukan seperti memandikan kerbau yang biasa dilakukan setelah menanam padi.
Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional
Untuk harga tiket masuk, dijual secara paket. Untuk paket A seharga Rp165 ribu dengan minimal 20 orang. Paket itu mendapatkan belajar bermain angklung dan lagu Sunda, belajar bermain gamelan, sesi foto dengan mengenakan kostum adat kampoeng, melukis caping, belajar menanam padi, memandikan kerbau, membuat wayang daun, makan siang, sertifikat, dan asuransi.
Sedangkan untuk paket B dijual seharga Rp190 ribu dengan minimal 20 orang. Paket itu berisikan belajar bermain angklung dan lagu Sunda, sesi foto dengan mengenakan kostum adat kampoeng, melukis caping, belajar menanam padi, memandikan kerbau, membuat wayang daun, belajar bermain gamelan, belajar tari jaipong, membuat makanan dan minuman tradisional, mengunjungi kebun herbal, sanitasi air (presentasi ilmiah), membuat kerajinan dari bahan daur ulang, makan siang, sertifikat, dan asuransi.
Untuk jam operasionalnya kedua paket tersebut dimulai dari pukul 09.00-15.00. Dan untuk tempatnya sendiri buka setiap hari dari pukul 08.00-17.00.
Review Pengunjung
Seorang pengunjung yang sudah pernah mengunjungi Kampoeng Wisata Cinangneng Bogor, Fransiska Elfrida menuliskan komentarnya melalui kolom Google Maps. Dia menuliskan bahwa Kampoeng Wisata Cinangneng merupakan tempat yang cocok untuk anak-anak sekolah melakukan field trip.
Menurut dia, tempat ini cocok karena aksesnya yang mudah, aktivitasnya yang menyenangkan, dan juga pemandunya yang sangat cepat tanggap.
“Hari Sabtu kemarin (29/09/2023) datang ke Kampoeng Cinangneng dalam rangka field trip sekolah dan sudah booking dari 1 bulan sebelumnya. Berangkat dari Jakarta kira-kira pukul 07.00 dan sampai di tempat pukul 08.30. Untuk transportasi kami menggunakan 1 bus kecil dan 1 bus besar. Btw akses jalannya gak ekstrem dan gampang dijangkau, cuma emang jalannya kecil terutama buat bus besar. Pas sampai langsung urus invoice dll, anak anak langsung masuk ke dalam kelompok dan mulai kegiatan. Aktivitasnya seru banget, ada menari, main angklung, belajar bikin kue kembang goyang, menanam padi, mandiin kerbau di sungai, dll. Kegiatannya per paket ya dan sudah termasuk makan siang, dapat e-sertifikat dan asuransi Jasa Raharaja kalo gak salah. Untuk harga bisa langsung tanya atau konfirmasi aja lewat WA. Pemandunya ramah-ramah dan helpful banget. Kami selesai kegiatan sekitar pukul 2 siang dan langsung pulang. Terima kasih Kampoeng Wisata Cinangneng,” tulisnya.
Kesimpulannya jika kamu bingung ingin melakukan field trip yang dapat meningkatkan pengetahuan kita sudah pasti tujuan yang tepat yaitu Kampoeng Wisata Cinangneng. Apalagi jika kamu berada di sekitaran Bogor, maka wisata ini wajib untuk kamu kunjungi dan melestarikan budaya tradisional yang ada.
Writer: Zidni Zidan Fasya Falik (Magang)
Editor: Dwi Lindawati