SURABAYA, Tugujatim.id – Talkshow untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap gangguan bipolar digelar di Atrium Mall Royal Plaza Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis (30/3/2023) sore.
Talkshow itu digelar oleh Seksi Bipolar dan Gangguan Mood Lainnya Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) cabang Surabaya, komunitas per support bipolar bernama Harmony In Diversity, dan Perkumpulan Senifoto Surabaya, guna memperingati Hari Bipolar Sedunia yang jatuh setiap 30 Maret,
Bipolar adalah gangguan mental yang ditandai oleh perubahan yang drastis pada suasana hati (mood) selama periode durasi tertentu yang mengakibatkan gangguan pada kualitas hidup, baik dalam aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang lain.
“Tidak diketahui secara pasti apa penyebab seseorang mengalami bipolar. Tidak sederhana juga, banyak faktornya salah satunya genetik. Kalau orang tuanya bipolar, anaknya akan rentan, tapi tidak seperti diabetes, sekitar 14 persen kerentanannya,” kata dokter spesialis kesehatan jiwa RS Universitas Brawijaya Malang, dr Zain Budi, dalam talkshow itu.
Selain itu, keseimbangan zat di otak, pengalaman traumatis seseorang terhadap suatu perlakuan tertentu dalam masa lalunya, hingga riwayat penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya bisa menjadi penyebab lain seseorang mengalami gangguan bipolar.
dr Zain Budi menjelaskan tanda dan gejala bipolar terbagi menjadi dua kutub, episode mania dan episode depresi.
Pada episode mania, seorang bipolar akan merasakan semangat, senang, dan mudah tersinggung. Kedua, merasa gelisah dan mengalami penurunan kebutuhan untuk tidur. Ketiga, seseorang akan berbicara dengan nada yang cepat tentang banyak hal berbeda. Keempat, seseorang akan merasa bisa melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu. Kelima, melakukan hal-hal yang berisiko seperti makan dan minum, berbelanja secara berlebihan. Keenam, ia akan merasa sangat penting, berbakat, dan kuat.
Sedangkan untuk episode depresi, pasien akan merasa sedih secara berlebihan, ada rasa putus asa, kehilangan minat atas hal yang disukai seperti hobi dan dorongan seksual. Kemudian, dia akan mengalami gangguan makan, kesulitan bangun tidur pagi atau terlalu banyak tidur, kehilangan harga diri, dan muncul pikiran bunuh diri.
“Bahaya paling tinggi jelas pada kondisi-kondisi tertentu, pasien bipolar akan muncul pikiran melukai diri atau bahkan ide-ide untuk bunuh diri. Itu yang tidak ingin kita harapkan. Bipolar cenderung dialami oleh usia-usia muda dan dewasa awal, usia produktif karena stresnya banyak dan kemampuan mengatasinya kecil sehingga lebih rentan,” jelas dr Zain Budi
Kata dia, gangguan bipolar tidak serta merta hilang begitu saja. Semangat yang tumbuh dalam diri dan dukungan orang di sekitar menjadi cara sentral untuk mengatasi bipolar.
Selain itu, pendampingan konseling dan psikoterapi oleh tenaga profesional serta bantuan obat-obatan perlahan dapat menstabilkan kondisi mental pada orang yang mengalami bipolar.
“Kita jangan pernah men-judge kepada pasien bipolar karena itu stigma buat pasien. Nggak ada orang mau sakit dengan kondisi seperti ini. Apalagi mekanisme seseorang mengalami gangguan mental itu banyak. Tidak ujug-ujug datang, bertahun-tahun prosesnya,” ungkapnya.
Untuk itu, psikiater yang juga bertugas di RS Muhammadiyah Lamongan tersebut berharap kepada masyarakat agar sadar tentang dukungan dan ruang kasih sayang penuh terhadap penderita bipolar. Dengan begitu, pasien akan merasa tak sendirian dan memiliki semangat untuk bangkit serta pulih dari kondisinya.
“Kita tidak bisa mengambil tanggung jawang tentang kesehatan mental seseorng. Tapi kita punya kesempatan mendengarkan mereka, mendukung dengan memberikan kasih sayang, membuat mereka nyaman dan menerima mereka apa adanya. Syukur-syukur kita bisa menemani mereka ke psikiater,” pungkasnya.