Komunitas Lingkar Dalam Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan lewat Produk Kertas Daur Ulang

Komunitas Lingkar Dalam.
Prosesi pembuatan kertas daur ulang yang diselenggarakan oleh Komunitas Lingkar Dalam di Kota Surabaya, Selasa (14/03/2023). (Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim)

SURABAYA, Tugujatim.idBerawal dari komitmen mencintai lingkungan, Komunitas Lingkar Dalam berupaya mengajak masyarakat untuk melakukan aksi nyata. Caranya, mereka mengajarkan masyarakat untuk mendaur ulang kertas bekas menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Seperti apa kegiatan mereka?

Tak dapat dipungkiri, meski dunia digital mengalami perkembangan pesat, tapi produksi dan konsumsi kertas masih banyak dibutuhkan. Hampir tidak ada aktivitas manusia yang tidak membutuhkan komoditas ini. Mulai dari perkantoran, pendidikan, perdagangan, dan rumah tangga.

Tahun 2021, Kementerian Perindustrian RI mencatat kapasitas industri pulp di Indonesia mencapai 11,83 ton per tahun menempati peringkat delapan dunia. Sedangkan untuk industri kertas mencapai 17,94 ton per tahun, angka tersebut berada di posisi keenam dunia.

Memang dari hasil kegiatan ekspor impor, industri pulp dan kertas di Indonesia menjadi salah satu sektor penting dalam devisa negara. Tapi, untuk mencapai keuntungan tersebut, ada harga tidak ternilai yang harus dibayar, yakni kerusakan alam.

Diperkirakan, untuk menghasilkan satu ton kertas membutuhkan setidaknya 24 pohon. Satu pohon dapat menghasilkan sekitar 15 rim kertas untuk ukuran A4. Sementara itu, penanaman maksimal 2.500 pohon membutuhkan lahan satu hektare.

Serat pohon yang menjadi bahan dasar pembuatan pulp dan kertas sangat berdampak pada masalah deforestasi. Sementara itu, menilik data dari citra satelit yang diungkapkan oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, sepanjang 2001 hingga 2021 Jawa Timur memiliki 532 ribu hektare hutan primer. Dari 532 hektare, lahan yang beralih fungsi sebesar 439 ribu hektare. Jadi, luas hutan primer di Indonesia tersisa 321 ribu hektare.

Menyikapi hal tersebut, sebuah ruang kolektif bernama Komunitas Lingkar Dalam berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk dapat menghemat penggunaan kertas dengan mendaur ulang menjadi kertas baru.

Edukasi tersebut dibalut melalui kegiatan workshop membuat kertas daur ulang. Kertas-kertas bekas yang disulap menjadi kertas baru dan lebih menarik; dapat digunakan untuk buku, undangan, kolase, atau bahan hiasan.

“Kami lebih senang berbicara moral manusia hari ini, perubahannya, masalahnya, faktornya. Workshop hari ini juga sebagai bentuk kritik kami. Selama ini kertas jadi media pokok yang sering digunakan setiap hari. Kita lihat, berlembar-lembar kertas itu butuh berapa ribu pohon untuk ditebang. Menurut saya, rusak karena ulah kita sendiri. Kita mencoba memberikan solusi dengan daur ulang. Kita masih butuh pohon,” kata founder Komunitas Lingkar Dalam Ahmed Langit Biru pada Selasa (15/03/2023).

Lingkar Dalam Surabaya.
Salah satu aktivitas Komunitas Lingkar Dalam di Kota Surabaya, Selasa (14/03/2023). (Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim)

Komunitas Lingkar Dalam kolektif yang berisikan sekitar 15 orang ini memang tidak memiliki latar belakang seorang aktivis lingkungan, secara keseluruhan mereka merupakan perupa. Namun, untuk menggaungkan gerakan peduli lingkungan memang tidak membutuhkan dari mana mereka berasal, terpenting adalah kesadaran diri.

“Tema itu menjadi semacam isu untuk kegiatan kami selama setahun. Seni kami bicara visual dan seniman sendiri kalau menciptakan konsep melihat apa yang terjadi di masyarakat,” tuturnya.

Langit menuturkan, workshop daur ulang kali ini juga tidak lepas dari tema yang dipilih oleh Lingkar Dalam untuk kegiatan selama setahun ke depan. Mengusung Refresh, yang berasal dari kata Reff (inti) dan Reshuffle (perubahan/perombakan). Yang mana, secara garis besar tidak lepas dari kecakapan moral manusia, salah satunya kerusakan alam akibat dari tangan manusia itu sendiri.

Selain itu, pria yang akrab disapa Langit tersebut juga menuturkan untuk mengolah sampah kertas menjadi daur ulang, mereka hanya perlu kemauan belajar dari YouTube. Tidak hanya mengolah kertas bekas, rencananya, Lingkar Dalam juga akan mengubah sampah plastik menjadi kolase.

“Kalau semakin banyak orang yang pakai plastik, kertas, dan sebagainya makin jadi gunung sampah dan terurai susah. Kertas emang gampang terurai tapi akan sia-sia, padahal bisa pakai kita lagi (agar tidak produksi baru berulang),” ujarnya.

Salah satu peserta, Shera Ullydia mengajak putrinya untuk mengikuti workshop kertas daur ulang yang digelar oleh Lingkar Dalam. Menurut dia, kegiatan tersebut tidak hanya menjadi sarana edukasi untuk anak-anak tapi juga memberikan pemahaman bahwa kesempatan dunia kerja tidak hanya didapat melalui profesi dokter, polisi maupun tentara, tetapi juga seniman.

“Misal kita tanya ke anak-anak soal profesi, mereka tahunya kebanyakan angkatan darat, angkatan laut, polisi, dan sebagainya. Cara pandang mereka juga belum luas, ternyata seni rupa itu banyak. Saya merekomendasikan agar kegiatan seperti ini bisa masuk ke sekolah-sekolah,” ujarnya.