MALANG, Tugujatim.id – Diduga memainkan pemain yang berasal dari luar, kontingen sepak bola Kota Malang mendapat sanksi pengurangan 3 poin dan dinyatakan kalah 0-3 saat bertanding dengan Kabupaten Jember di Porprov Jatim 2022.
Selain itu, sebelumnya kontingen sepak bola Kota Malang juga terlibat kericuhan saat bertanding dengan Kabupaten Jember.
Ketua KONI Kota Malang, Eddy Wahyono, memberikan tanggapan atas peristiwa tersebut. Dia mengatakan bahwa pihaknya justru mempertanyakan regulasi Porprov Jatim 2022. Sebab, salah satu pemain yang diduga berasal dari luar Kota Malang tersebut telah dinyatakan lolos administrasi saat Pra Porprov Jatim 2022.
“Sepak bola ini tidak langsung main tapi ada proses yakni Pra Porprov. Itu anak sudah main, artinya tim keabsahan sudah melegalkan dia untuk main. Otomatis di ajang inti Porprov ya main lagi, tapi kenapa dipersoalkan sekarang, kok tidak dari awal,” ungkapnya, Rabu (22/6/2022).
Eddy menambahkan, bahwa pihak telah mengikuti semua proses mulai dari seleksi administrasi pemain. Dan itu dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bahkan ID Card pemain yang bersangkutan juga sudah ada hingga bisa bertanding.
Dia juga mengakui bahwa berdasarkan penelusurannya pemain yang bersangkutan merupakan warga Kota Malang. Namun, domisilinya memang di Kota Batu. Tetapi sejauh ini tim keabsahan Porprov telah meloloskan administrasi yang bersangkutan.
“Kalau tidak salah anak itu sudah warga Kota Malang tapi domisili di Kota Batu. Tapi nanti kami cek lagi. Itu juga sudah dilalui oleh tim keabsahan, faktanya dia bisa main. Saya dengar juga regulasi di PSSI anak anak semacam itu bisa diloloskan. Tapi kenapa diperjalanan bisa dipersoalkan, dimana kala itu terbukti dan itu kena sanksi,” bebernya.
Dia menyebutkan akan melakukan evaluasi dan koordinasi terkait persoalan ini. Sebab menurutnya, kejadian ini tentu sangat merugikan kontingen sepak bola Kota Malang.
“Tidak mungkin warga Kota Batu kami masukkan ke Kota Malang, kan persyaratannya adalah warga daerah setempat,” ucapnya.
Terkait kontingen sepak bola Kota Malang yang terlibat kericuhan, dia menyebut bahwa memang diluar dugaan. Terlebih para pemain juga masih muda yang emosinya masih labih. Namun pihaknya berjanji akan melakukan evaluasi agar tak terulang kembali.
Sementara itu, Haris Thofly, Askot PSSI Kota Malang, menyampaikan bahwa pihaknya tak pernah mengajarkan para pemain untuk berbuat ricuh saat bertanding. Emosi yang masih labil diduga menjadi penyebab kericuhan dalam laga panas itu.
“Maklum mereka masih muda-muda. Saya juga mohon maaf anak anak belum bisa mengendalikan emosinya dari tekanan tekanan yang ada dalam atmosfer pertandingan,” ujarnya.
Sebagai tindaklanjut, pihaknya akan melakukan pembinaan yang lebih baik lagi agar bisa menata emosi, mental hingga psikologi pemain.
Terkait dugaan pemain dari luar Kota Malang, dia mengungkapkan bahwa pemain yang bersangkutan telah bermain dan menjalani pembinaan di Kota Malang sejak 2018 lantaran memang warga Kota Malang. Namun ketika kompetisi vakum saat pandemi, dimungkinkan yang bersangkutan berdomisili ke Kota Batu.
“Disisa pertandingan ini, kami tidak akan mundur, masih ada satu pertandingan lagi. Permasalahannya kan kesalahan administrasi saja dan pengendalian emosi karena anak-anak masih mudah. Semuanya akan menjadi bahan evaluasi ke depan,” tandasnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim