MOJOKERTO, Tugujatim.id – Selain makanan onde-onde, letak geografis bagian selatan Mojokerto yang diliputi wilayah pegunungan dengan kondisi tanah subur menyimpan potensi pertanian yang tak kalah besar. Salah satunya komoditas kopi.
Produk kopi dari Mojokerto salah satunya bernama kopi asmoro. Kopi tersebut merupakan salah satu produk unggulan dari Rejosari, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kopi tersebut adalah produksi dari kelompok tani hutan (KTH) Bina Warga.
Kopi yang tumbuh subur di lereng kaki Gunung Anjasmoro itu diakui punya cita rasa yang khas. Sebagian pecinta kopi menyebut rasa kopi asmoro yang pahit, manis, dan asam berpadu menjadi satu.
Produk kopi asmoro terbuat dari campuran biji kopi asisah dan robusta. Sedangkan nama asmoro diambil dari Gunung Anjasmoro yang menjadi lokasi perkebunan kopi ini.
Mantan ketua KTH Bina Warga sekaligus petani kopi Rejosari, Jatirejo, Suyanto mengatakan bahwa dia sudah menjadi petani kopi sejak 2005. Awalnya, dia menanam kopi berjenis robusta lalu mulai menanam kopi asisah sejak 2019 lalu.
“Awalnya kopi robusta dan asisah ini saya jual ke pengepul kopi. Namun selanjutnya saya mencoba untuk memproduksi sendiri kopinya,” ucapnya, pada Minggu (26/2/2023).
Suyanto mengatakan bahwa akibat harga pasaran yang murah, warga asli Jatirejo itu memutuskan untuk mencoba memproduksi kopi sendiri.
Dia berharap produksi itu bisa memberi semangat para petani kopi dan meningkatkan kesejahteraan mereka ketika bisa memproduksi kopi sendiri.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa kopi asisah dan robusta di Rejosari mempunyai karakter yang unik bila dibandingkan dengan kopi asisah dan robusta dari daerah lainnya. ”Kopi-kopi di sini memiliki tingkat keasaman yang khas,” tambahnya.
Kopi asisah pada umumnya disebut juga dengan kopi excelsa. Ketua KTH Bina Warga, Adi Sucipto menjelaskan bahwa warga lokal biasa menyebutnya dengan kopi asisah, namun secara umum kopi ini dikenal dengan nama kopi excelsa.
“Kopi yang dihasilkan daerah sini memakai biji kopi asisah petik merah, dengan menggunakan teknik apung. Artinya, jika biji yang direndam mengapung artinya kualitasnya kurang baik, namun jika bijinya tenggelam itu baru kualitasnya terbaik,” jelas Adi.
Adi mengatakan, harga jual kopi asmoro sebenarnya relatif murah. Maksudnya harga bisa meningkat bahkan hingga dua kali lipat jika petani mau memperhatikan proses pasca panen dan perawatan.
”Harga itu relatif murah sebenarnya. Bila petiknya dicampur antara biji merah dan hijau maupun prosesnya, untuk kemasan per gram itu mulai kemasan 100 gram hingga 250 gram harganya itu bervariasi. Lha kalau untuk kemasan kiloan harganya mulai Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram,” jelasnya.
Kopi asmoro terus berkembang seiring dengan diberikannya alat penggiling biji kopi (rosting) oleh CDK Nganjuk, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi petani kopi.