Lentera Kota, Komunitas Pendidikan Anak Jalanan dan Perkampungan Padat di Surabaya

Redaksi

FeaturedNewsPendidikan

Anggota dan Pengurus komunitas Lentera Kota mendidik anak-anak jalanan dan perkampungan padat di Terminal Joyoboyo Surabaya. Foto diambil sebelum masa pandemi. (Foto: Dokumen/Lentera Kota) tugu jatim
Anggota dan Pengurus komunitas Lentera Kota mendidik anak-anak jalanan dan perkampungan padat di Terminal Joyoboyo Surabaya. Foto diambil sebelum masa pandemi. (Foto: Dokumen/Lentera Kota)

SURABAYA, Tugujatim.id – Setelah mengenal komunitas Kampoeng Dolanan si penjaga permainan tradisional dan komunitas Sebung Surabaya si pembagi nasi bungkus untuk rakyat miskin kota, kini Tugu Jatim mengulik komunitas yang bergerak di bidang pendidikan anak-anak jalanan dan perkampungan padat di Terminal Joyoboyo Surabaya. Nama komunitas mulia itu, Lentera Kota.

Dibentuk pada 12 Mei 2016, sudah berusia 5 tahun, tatkala sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) angkatan 2012, menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah pelosok. Mengajar anak-anak pedesaan, kemudian mendapat secercah inspirasi untuk membangun komunitas di Surabaya, meneruskan ilmu mengajar ketika KKN. Lahirlah, Lentera Kota.

“Dulu dibentuk oleh lima orang mas. Tiga laki-laki, namanya mas Faris, mas Alvian, mas Marno. Sedang yang dua perempuan, namanya mbak Yayang dan mbak Ajeng. Iya, kurang lebih ada lima orang itu yang membentuk Lentera Kota,” terang Eko Widyanto, Humas Lentera Kota pada pewarta Tugu Jatim, Sabtu (06/02/2021), pukul 10.30 WIB.

Tidak hanya anak jalanan, komunitas ini juga kerap mendidik anak-anak di perkampungan padat penduduk di kawasan Terminal Joyoboyo, Surabaya. (Foto: Dokumen/Lentera Kota) tugu jatim
Tidak hanya anak jalanan, komunitas ini juga kerap mendidik anak-anak di perkampungan padat penduduk di kawasan Terminal Joyoboyo, Surabaya. (Foto: Dokumen/Lentera Kota)

Kemudian Widi, penggilan Eko Widyanto, menyebut jumlah pengurus yang aktif sekitar 15-20 orang dari berbagai kampus di Surabaya. Seperti Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (Uinsa), Universitas Hang Tuah (UHT), dan lain-lain, dari kalangan warga serta pekerja juga terlibat.

“Ada juga yang dari warga biasa, dari pekerja juga sempat bergabung. Jadi tidak harus dari mahasiswa atau kampus. Ada juga dari komunitas-komunitas lainnya yang ikut membantu menjalankan agenda Lentera Kota setiap minggunya, jadi semua pengurus juga jalan,” imbuh Widi.

Selain itu, Widi pun menjelaskan, komunitas ini aktif berkegiatan dua kali seminggu, pada hari Selasa dan Kamis. Namun belakangan, lantaran sebagian pengurus sedang memiliki agenda wajib yang tidak bisa ditinggalkan, frekuensi kegiatan Lentera Kota menjadi seminggu sekali, yaitu hari Kamis saja.

“Kadang kami (Lentera Kota, red) hari Minggu juga berkegiatan, kalau ada agenda tertentu sama komunitas lain dan hari-hari besar, kami adakan pertemuan sama anak-anak tersebut di perkampungan dekat Terminal Joyoboyo,” cetus lelaki alumnus Jurusan Pendidikan Olahraga, Fakultas Ilmu Olahraga, Unesa angkatan 2015 tersebut.

Di sisi lain, Widi juga menyampaikan, kurikulum yang diajarkan komunitasnya sudah disusun berdasarkan kesesuaian kompetensi setiap jenjang pendidikan yang sedang ditempuh oleh anak-anak jalanan dan perkampungan di area Terminal Joyoboyo. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan usia anak-anak jalanan.

“Kami sudah buat kurikulum sendiri untuk anak-anak. Setiap kagiatan, jumlah anak-anak yang datang bervariasi, kadang tujuh, kadang paling banyak sampai 20 anak. Ada bimbel, calistung, dan lain-lain. Itu kami sesuaikan sama kelas masing-masing,” tegasnya.

Anak-anak antusias mengikuti pengajaran dari Komunitas Lentera Kota di Surabaya. Foto diambil sebelum masa pandemi. (Foto: Dokumen/Lentera Kota)
Anak-anak antusias mengikuti pengajaran dari Komunitas Lentera Kota di Surabaya. Foto diambil sebelum masa pandemi. (Foto: Dokumen/Lentera Kota)

Untuk pengelolaan anggaran komunitas Lentera Kota, Widi menjelaskan memakai sistem uang kas yang dikumpulkan dari iuran setiap pengurus per bulan dengan nominal seikhlasnya. Widi tidak memberikan batas minimal jumlah uang kas, kalau ada bersyukur, kalau tidak ada juga tidak mengapa.

“Walau kita kadang urunan, kadang tidak. Tapi alhamdulillah anggaran selalu ada, entah dapat dari mahasiswa yang melakukan penelitian soal komunitas (banyak yang memakai Lentera Kota sebagai referensi penelitian skripsi dan praktikum perkuliahan, red), dari hajatan, bakti sosial juga, pasti bisa dipakai untuk menambah uang kas,” jelas lelaki asal Tuban tersebut.

Kegiatan rutin yang diadakan setiap minggu digelar mulai pukul 16.00 sampai 18.00. Lokasi perkampungan padat di Terminal Joyoboyo Surabaya, tepi jalan terdapat rumah kumuh, tidak sedikit anak-anak yang memerlukan perhatian, didikan soal moral dan pendampingan agar menjadi orang yang positif di masyarakat.

“Kami ada kegiatan pembelajaran lapangan, pembelajaran permainan tradisional, calistung, dan pendidikan karakter. Kadang kalau kami mengajar dan anak-anak sudah nyaman, betah, pas kami pulang mereka nangis, digandoli, gak boleh pulang,” cerita Widi.

Selama mengikuti dan menjadi pengurus di Lentera Kota, Widi mendapatkan banyak pengalaman dan pembelajaran. Misalkan, mengenal secara langsung masyarakat kampung, tatkala berbuat ikhlas dan kebaikan pasti banyak yang menolong.

“Kita mencari ilmu, selagi di kampus. Kita juga mencari ilmu di luar yaitu masyarakat. Istilahnya, memegang dua tempat belajar, dari kampus dan masyarakat. Mungkin kalau di perkuliahan dapatnya di KKN, kalau di Lentera Kota langsung nyata di masyarakat,” pungkas lelaki yang juga menjadi guru di salah satu sekolah swasta di Surabaya.

Widi berharap, agar Lentera Kota tetap berjalan serta pengurus tetap aktif dalam menjalankan komunitas. Supaya anak-anak jalanan dan perkampungan padat di Terminal Joyoboyo dapat terus dibimbing, ditemani dan dididik dalam soal moral, etika, keilmuan dan wawasan yang positif bagi masyarakat. (Rangga Aji/gg)

Popular Post

Mengusahakan Pertolongan Ilahi.

Kisah Hidup Pendiri Wardah Resmi Tayang di YouTube, Ini Sinopsis Film “Mengusahakan Pertolongan Ilahi”

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Kisah hidup Nurhayati Subakat, sosok di balik kesuksesan PT Paragon Technology and Innovation, hadir dalam film bertajuk ...

Ansor Kota Malang.

PC GP Ansor Kota Malang Terima CSR Tugu Malang ID dan Times Indonesia, Tingkatkan Kader Melek Digital

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Malang menerima bantuan dana corporate social responsibility (CSR) dari ...

Khofifah.

Khofifah-Emil Silaturahmi ke Rumah Jokowi usai Retreat di Magelang, Ini Isi Petuahnya!

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Gubernur dan Wakil Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak usai mengikuti retreat di Magelang, Jawa Tengah, ...

Pelaku mutilasi wanita asal Blitar.

Update! Pelaku Mutilasi Wanita asal Blitar dalam Koper Merah: Mulai Menyesal, Kerap Menangis saat Ingat Anak

Dwi Linda

SURABAYA, Tugujatim.id – Rohmat Tri Hartanto alias Antok, 33, pelaku pembunuhan dan mutilasi Uswatun Khasanah, 29, seorang sales promotion girl ...

Mudik gratis 2025.

Tak Ada Mudik Gratis 2025, Dishub Kota Malang Fokus Bangun Lahan Parkir di Kayutangan Heritage

Dwi Linda

MALANG, Tugujatim.id – Kabar kurang menggembirakan datang dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang. Pihaknya memastikan tidak menyediakan mudik gratis 2025 ...

Tempuran Mojokerto.

Kurang dari Setahun, Tempuran Mojokerto Terendam Banjir Tiga Kali

Dwi Linda

MOJOKERTO, Tugujatim.id – Wilayah Tempuran, Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kembali terkena banjir luapan pada Jumat (28/02/2025). Banjir luapan di ...