MALANG, Tugujatim.id – Mahasiswa UB berhasil menciptakan alternatif energi dalam penggunaan kendaraan listrik. Sebab, masyarakat di masa mendatang lebih menyukai menggunakan kendaraan ini, termasuk di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, beberapa pabrikan terkenal telah menciptakan mobil listrik.
Baterai kendaraan listrik menjadi satu-satunya energi yang digunakan untuk bisa menggerakkannya. Terbaru, lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) dari Fakultas MIPA tengah mengembangkan energi alternatif untuk bisa dijadikan baterai kendaraan listrik yakni dari limbah cangkang tiram.
Kelimanya mahasiswa UB itu adalah Ahmad Multazam Abdan dan Zainuurohman Prastomo dari jurusan fisika, Ahmad Syarwani dan Uray Keisya Ranaputri dari jurusan kimia, serta Izza Lailatul Kasanah dari jurusan statistika, dengan bimbingan dosen Prof Akhmad Sabarudin.
Zainuurohman Prastomo, salah satu anggota tim menyatakan, limbah cangkang tiram terdapat kandungan kalsium oksida. Kandungan ini bisa dijadikan bahan baku baterai dan bisa digunakan sebagai salah satu sumber energi masa depan untuk kendaraan listrik.
“Cangkang tiram ini kandungan utamanya kalsium. Sementara baterai-baterai yang beredar dan digunakan saat ini, misalnya baterai Lithium atau baterai Nickel-Metal Hydride (Ni-MH), tidak banyak ditemukan di bumi. Selain itu, membutuhkan biaya yang tinggi dalam pemanfaatannya,” ucap Zainuurohman Prastomo saat ditemui pada Jumat siang (27/10/2023).
Cangkang tiram sendiri selama ini banyak dibuang oleh masyarakat di pesisir pantai, terlebih di pesisir pantai di Probolinggo, Jawa Timur.
Di wilayah pesisir pantai Kabupaten Probolinggo inilah, cangkang tiram itu banyak diperoleh oleh para mahasiswa UB. Kemudian cangkang tiram tersebut diteliti oleh lima mahasiswa itu dan ternyata mengandung kalsium yang mampu jadi bahan alternatif baterai kendaraan listrik.
“Biasanya baterai menggunakan litium, kami coba aplikasikan ke limbah cangkang tiram. Karena baterai cangkang tiram ramah lingkungan, dan kami memanfaatkan limbah itu, bisa dimanfaatkan untuk baterai-baterai lain selain mobil listrik,” terangnya.
Zainur mengatakan jika proses pengolahan limbah cangkang tiram diawali dengan pembersihan dengan dicuci bersih dengan air. Kemudian limbah cangkang tiram dipanaskan menggunakan alat khusus bernama furnace agar cangkang tiram pecah dan menjadi lembut.
“Cangkang tiram dipanaskan di suhu awal 900 derajat, kemudian suhunya secara otomatis akan turun tergantung cangkangnya sudah pecah atau belum. Jika sudah, biasanya turun di suhu 700 derajat, hingga cangkang itu jadi lembut seperti butiran pasir,” ungkap dia.
Cangkang tiram yang sudah lembut, kemudian dilembutkan kembali supaya menjadi serbuk butiran yang lembut dan halus. Langkah selanjutnya dilakukan kalsinasi menggunakan beberapa instrumen seperti, FTIR, AAS, Powder XRD, dan SEM EDX.
“Untuk menghasilkan baterai kecil, kami membutuhkan sekitar 100 gram limbah cangkang tiram, itu untuk penelitian awal. Kalau baterainya skala besar, kami belum coba lagi karena ini kan tahap percobaan. Kami coba aplikasikan itu,” bebernya.
Serbuk halus itu kemudian ditambahkan beberapa perangkat elektronik seperti kabel dan air garam sebagai penghantar listrik. Selanjutnya serbuk itu diuji kelistrikan dengan menggunakan RLC meter.
“Dari pengujian itu menunjukkan bahwa CaO hasil kalsinasi 800 derajat Celcius berpotensi untuk dilanjutkan ke pengujian efektivitas baterai,” ujarnya.
Zainur bersama kawan-kawannya setidaknya membutuhkan waktu selama enam bulan untuk meneliti mulai proses awal, perhitungan, penyusunan, dan tahap pelaporannya. Di mana hasil penelitian ini diikutsertakan di Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta, yang nanti akan didanai oleh dikti.
Ke depan pihaknya masih akan mengembangkan kembali agar kapasitas baterai yang dihasilkan bisa terus meningkat. Harapannya, limbah cangkang tiram menjadi bahan alternatif yang ramah lingkungan untuk energi mobil listrik daripada lithium dan nikel yang ketersediaannya di bumi terbatas.
Apalagi bahan-bahan baku baterai dari lithium dan nikel harus mengimpor dari China. Hal ini membuat biaya produksi kendaraan listrik menjadi tinggi.
“Kami membuat baterai dari limbah cangkang tiram, tujuan akhirnya bisa kami aplikasikan untuk baterai mobil listrik. Semoga bisa menjadi riset yang bisa berguna dan diterapkan secara meluas di dunia industri khususnya untuk baterai kendaraan listrik,” ujar Zainur.
Writer: Yona Arianto
Editor: Dwi Lindawati