Terpisah, salah satu anggota penggali makam di TPU Ngujil Kota Malang mengaku belum menerima insentif pemakaman Covid-19 sejak Januari 2021.
“Sejak Januari sampai sekarang tidak ada insentif yang katanya sebesar Rp 750 ribu itu saya terima. Di 2021 ini saya ikut menggali kubur 7 kali,” ujar Anggi, penggali makam TPU Ngujil.
Tak hanya itu menurutnya, penyaluran insentif pada 2020 lalu juga tidak ada kejelasan yang pasti. Dimana, dari sekitar 27 pemakaman yang dia kerjakan tidak seluruhnya mendapat insentif.
“Di 2020 memang dapat 3 kali insentif. Pertama dari 9 pemakaman hanya diberi 7 kali. Selanjutnya 3 pemakaman diberi 1 kali Rp 750 ribu itu. Kemudian pemakaman sekitar 15 pemakaman diberi sekitar 6 insentif,” bebernya.
Terpisah, Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika menuturkan bahwa sebelumnya pihaknya juga telah menyoroti tidak terserapnya anggaran Makan dan Minum (Mamin) untuk pemakaman Covid-19 di UPT Pemakaman.
“Katanya SPJ nya sulit. Ini malah relawan belum dapat honor karena SPJ nya belum. Berarti ada sesuatu hal administrasi yang dianggap menghambat. Anggaran ada sebenarnya disini, APBD kita mampu, BTT kita masih ada,” ucapnya.
“Jangan sampai ayam mati di lumbung padi terjadi. Dibawah teriak teriak anggarannya belum bisa turun. Kita menilai antara BPBD, DLH dan BKAD ini kurang ada sinkronisasi untuk duduk bersama dalam menyelesaikan masalah dengan baik. Karena dibawah menunggu,” imbuhnya.
5. Mahasiwa Hendak Lompat dari Jembatan Suhat
Kota Malang digemparkan oleh adanya insiden seorang mahasiswa akhir semester Universitas Negeri Malang (UM) yang hendak melompat dari Jembatan Soekarno-Hatta (Suhat). Depresi akibat tekanan masalah hidup membuatnya memilih berupaya mengakhiri hidup.
Plh. Kapolsekta Lowokwaru, AKP Sutomo membeberkan sejumlah fakta yang menjadi pemicu MN (22), warga Kecamatan Dau, Kabupaten Malang hendak mengakhiri hidupnya.
Salah satu pemicunya yaitu masalah perekonomian keluarga. Hal itu lantas membuat MN harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kuliahnya.
“Dia punya permasalahan, satu diantaranya, dia ada masalah perekonomian. Itu yang membebani dia,” ungkap Sutomo, Rabu (1/9/2021).
Pemicu lain yang membuat MN depresi yaitu, baru saja ditinggal ibunda meninggal dunia. Sementara ayahnya telah menikah lagi dan menjalani hidup bersama keluarga barunya.
“Beberapa saat yang lalu, orang tuanya meninggal, ibunya. Ini menambah tekanan batin bagi dia. Jadi dia tidak punya satu sosok yang bisa diberikan curahan untuk menyampaikan sesuatu,” ujarnya.
Pemicu selanjutnya yaitu masalah jalinan hubungan, baik hubungan persahabatan maupun asmara. Hal ini yang juga membuatnya tak bisa mengungkapkan permasalahannya untuk sekedar berbagi.
“Mohon maaf katakanlah pacar, dia merasa dia nggak mampu segalanya. Sehingga itu membuat dia semakin tertekan hingga ada upaya untuk mengakhiri hidupnya dengan cara melompat di jembatan tadi,” tuturnya.
Permasalahan selanjutnya adalah pemikiran takut mengalami kegagalan dalam perkuliahan terutama dalam hal menyusun skripsi. Hal itu lantaran dia tak memiliki perangkat laptop untuk menyusun skripsi.
“Dia punya pikiran begini, dia kan semester akhir, dia berpikiran harus punya laptop. Padahal tidak diharuskan oleh universitas tersebut harus punya. Tapi dia berfikiran kalau nggak punya laptop nanti nggak bisa menyelesaikan,” bebernya.