Oleh Bagus Wahyu Setiaji, Mahasiswa Manajemen Universitas Siber Asia
Tugujatim.id – Dalam setiap organisasi tidak mungkin jauh dari sebuah konflik. Konflik dalam organisasi ini adalah kondisi dalam sebuah organisasi dimana terdapat perbedaan pendapat ataupun pertentangan dalam menjalankan tugas untuk melaksanakan visi dan misi organisasi. Seperti halnya yang ada dalam organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Pencongan atau biasa dikenal sebagai IPM Pencongan.
IPM Pencongan adalah sebuah organisasi pelajar Muhammadiyah yang ada di Dukuh Pencongan, Kelurahan Bener, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Organisasi ini berdiri pada 18 Juli 1961 di Surakarta. Pada awalnya organisasi ini dinamakan Ikatan Remaja Muhammadiyah dan kemudian berubah menjadi Ikatan Pemuda Muhammadiyah. IPM Pencongan sendiri beranggotakan bukan hanya pelajar muhammadiyah saja, semua sekolah baik negeri maupun swasta yang memiliki tujuan bersama untuk membangun Muhammadiyah.
Dalam pelaksanaan organisasi tentunya tidak bisa dijauhkan dengan adanya konflik karena hampir setiap kegiatan yang ada dalam sebuah organisasi dilaksanakan dengan proses kesepakatan bersama melalui diskui maupun rapat umum anggota,hingga akhirnya disepakati sebuah keputusan yang disepakati semua anggota.
Konfik dalam organisasi ini tentunya bukan tanpa sebuah alasan. Beberapa faktor yang mempengaruhi konflik dalam organisasi misalnya adanya perbedaan kepentingan,perbedaan pengertian maupun pemahaman,hingga cara pandang setiap anggota,adanya ketidak jelasan tujuan,hingga perubahan situasi baru.
Untuk mengetahui bagaimana manajemen konflik yang ada dalam organisasi IPM ini,penulis melakukan survei sederhana kepada anggota IPM Pencongan yang dilakukan sejak Sabtu,(10/7/2021) hingga Senin (12/7/2021). Indikator dalam survei ini adalah seberapa sering adanya konflik dalam organisasi tersebut,bagaimana penyelesaianya dan apakah pada akhirnya konflik tersebut dapat diselesaikan.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dengan sembilan partisipan dengan rentan umur antara 13 tahun hingga 21 tahun memberikan pendapat yang menarik. 78% anggota menjawab bahwa didalam organisasi IPM pernah terjadi konflik namun sebenarnya semua konflik pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Dari sekian masalah yang ada dalam organisasi terbut diselesaikan dengan cara bermusyawarah dan pendekatan antar anggota Organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Pencongan. Seperti yang disampaikan oleh Dwi Ardiansyah sebagai Ketua Umum. “Konflik itu akan selalu ada dalam organisasi baik skala kecil maupun organisasi besar sekalipun”. Oleh karena itu, dia mengungkapkan perlunya ketegasan dalam pengambilan keputusan.
Selain itu penulis mengutip pendapar Silmi Amiruna yang membidangi Kabid PIP berpendapat bahwa konflik dalam organisasi terjadi karena perbedaan pendapat dan juga kadang permasalahan pribadi yang dibawa ke organisasi. Dalam hal ini diperlukan peran teman dalam hal pendekatan,proses pendewasaan diri dan saling intropeksi diri.
Memang benar bahwa setiap konflik dapat diselesaikan apabila terdapat kesepakatan bersama,tidak mementingkan ego,bahkan membawa urusan pribadi kedalam organisasi. Yang pasti kita harus saling meminta pendapat orang lain,aktif menyampaikan aspirasi,menjalin komunikasi yang baik, dan juga saling support antar anggota organisasi.
Dari hal yang telah dijelaskan dapat kita ketahui bahwa perlunya manajemen konflik dalam sebuah organisasi ialah untuk mencegah bahkan menghindari kemungkinan terjadinya konflik setiap anggota,mengurangi dampak risiko akibat konflik, serta pada akhirnya dapat menyelesaikan konflik tersebut dalam waktu sesingkat mungkin.