Tugujatim.id – Indonesia terkenal dengan kekayaan keanekaragaman budayanya yang meliputi berbagai aspek seperti bahasa, suku, ras, agama, dan tidak ketinggalan tentang keseniannya. Menariknya, dalam konteks budaya, juga memiliki tarian khas Indonesia yang sakral. Apa saja?
Untuk mengeksplorasi Indonesia lebih dalam mengenai ragam tarian sakralnya, yuk simak penjelasan berikut ini. Ada lima tarian khas Indonesia yang mengandung unsur sakral dan magis. Simak ya!
1. Tari Sintren
Tari Sintren, sebuah tarian tradisional yang berasal dari masyarakat Jawa, khususnya daerah Cirebon. Menariknya, tarian ini mengandung unsur magis yang mengisahkan cerita asmara antara Raden Sulandono dan Sulasih saat mendapat tantangan dari orang tuanya R. Sulandono.
Konflik ini membuat mereka terpaksa berpisah dengan Sulandono pergi untuk bertapa, sementara Sulasih menjadi seorang penari. Asal-usul nama “Sintren” sendiri berasal dari gabungan kata “si” yang merupakan sindiran dan “tetaren” yang berarti sajak.
Tarian ini dipercaya memiliki sifat sakral saat dipentaskan, diyakini bahwa roh akan memasuki tubuh penarinya. Karena itu, penari Sintren haruslah seorang gadis yang suci belum menikah. Selain itu, juga harus menjalani puasa beberapa hari sebelum pertunjukan dilakukan. Tujuannya untuk memastikan bahwa roh yang akan memasuki tubuh penari pada hari pentas tidak mengalami kesulitan.
Selain itu, aspek menarik dari Tari Sintren adalah filosofinya yang mengingatkan kita akan bahayanya godaan duniawi. Ketika penari sedang menari, para penonton melemparkan uang sebagai bentuk “sawer” atau persembahan.
Namun yang menarik, setiap kali uang dilemparkan, sang penari jatuh dengan segera. Secara filosofis, hal ini mencerminkan betapa manusia rentan terjatuh dalam godaan duniawi, seperti kekayaan atau uang.
Tari Sintren secara simbolis memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga diri dari godaan duniawi yang bisa menghancurkan dan memengaruhi secara negatif. Lebih dari sekadar tarian yang memesona, Tari Sintren mengandung pesan yang mendalam, mengajak kita untuk mengendalikan nafsu duniawi dan mengutamakan nilai-nilai spiritual yang lebih tinggi.
2. Tari Seblang
Tari Seblang, sebuah tarian yang berasal dari Desa Olehsari dan Bakungan di Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Tarian ini memiliki nuansa mistis, terutama berkat kemampuan penarinya untuk menari tanpa lelah selama berjam-jam.
Proses pemilihan penari Tari Seblang ini dilakukan secara khusus oleh ketua adat. Syaratnya, penari harus seorang gadis muda yang belum pernah menikah dan masih dalam keadaan perawan. Selain itu, sering kali penari yang terpilih memiliki garis keturunan yang terhubung dengan penari Seblang sebelumnya sehingga menjaga kontinuitas tradisi tersebut.
Karena sifatnya yang sakral dan memiliki unsur magis, penari Tari Seblang harus menjalani serangkaian ritual agar mampu menari selama enam jam setiap hari dalam seminggu berturut-turut. Ritual-ritual ini mencakup aspek spiritual dan fisik, termasuk pengasapan penari dengan asap dupa oleh tetua adat, sambil mengucapkan mantra-mantra yang bertujuan untuk memanggil roh ke dalam tubuh sang penari Seblang.
Proses pemanggilan roh ini dimulai dengan Gending Lukinto, sejenis musik yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai pemanggil arwah-arwah untuk hadir dalam ritual Seblang. Jika saat penari memegang nampan bambu, nampan tersebut tiba-tiba jatuh dan badan penari terjungkal ke belakang, itu dianggap sebagai tanda bahwa penari telah dirasuki oleh roh.
Ini menunjukkan bahwa Tari Seblang bukan sekadar tarian biasa, tapi juga sebuah upacara sakral yang melibatkan dimensi spiritual. Melalui tarian ini, penari menjadi perantara antara dunia manusia dan dunia roh, menghubungkan kedua dunia tersebut dalam suatu perwujudan magis yang memikat.
Tari Seblang tidak hanya memperkaya warisan budaya Indonesia, tapi juga menyelami kekayaan spiritual yang tercermin dalam setiap gerakan dan prosesi yang dilakukan.
3. Tari Sanghyang Jaran
Tari Sanghyang Jaran, sebuah tarian tradisional yang berasal dari Bali, memiliki makna yang sangat penting sebagai pengusir wabah penyakit. Karena sifatnya yang magis dan sakral, Tari Sanghyang Jaran hanya dipentaskan pada waktu-waktu tertentu, terutama dalam konteks upacara adat.
Penampilan Tari Sanghyang Jaran umumnya melibatkan penari-penari muda yang masih gadis dan belum memasuki usia dewasa. Sebelum pertunjukan dimulai, para penari harus memenuhi beberapa persyaratan yang ketat. Mulai dari tidak boleh menggunakan bahasa kasar atau kotor, berdusta, mencuri, serta menghindari beberapa pantangan lainnya untuk menjaga kesucian mereka hingga hari pertunjukan.
Selama pertunjukan, para penari akan mengenakan tudung putih yang menutupi wajahnya, sementara alat musik dan mantra-mantra diperdengarkan untuk memanggil roh yang akan memasuki tubuh. Ketika tudung putih dilepas, para penari mengalami trance atau kesurupan.
Tarian ini memiliki fokus khusus sebagai upaya pengusir malapetaka atau penyakit dari suatu wilayah. Sebagai bagian dari ritual tersebut, tarian Sanghyang Jaran akan diarak keliling desa untuk mengusir wabah penyakit. Setelah tarian selesai dilakukan, kesadaran para penari dikembalikan.
4. Tari Sigale-gale
Di Pulau Samosir, ada sebuah tarian sakral yang menjadi ciri khas daerah tersebut yang dikenal sebagai Tari Sigale-gale. Sigale-gale adalah sebuah boneka berbentuk manusia yang dapat digerakkan dan menari dengan diiringi oleh musik tradisional.
Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara adat, acara budaya, bahkan menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang mengunjungi pulau tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat Batak, Tari Sigale-gale memiliki unsur magis yang sangat kental karena mengandung makna sebagai perwujudan rasa sedih atas kematian seorang anak lelaki satu-satunya. Cerita ini memiliki dasar yang kuat karena Sigale-gale dikatakan sudah ada sejak zaman kerajaan di Pulau Samosir.
Legenda yang diyakini oleh masyarakat setempat bercerita tentang seorang raja yang kehilangan anak lelaki tunggalnya. Untuk menjaga kehadiran roh putranya, raja tersebut menciptakan patung kayu Sigale-gale sebagai wadah untuk roh sang anak.
Tari Sigale-gale sendiri dioperasikan dengan menggunakan tali-tali yang membentuk persendian manusia di dalam patung tersebut. Menariknya, tali-tali tersebut diyakini memiliki jumlah yang sama dengan urat manusia. Meski gerakan dalam tarian ini dikendalikan melalui tali-tali, masyarakat juga percaya bahwa gerakan yang terjadi dalam tarian ini juga dipengaruhi oleh roh yang menghuni patung tersebut.
Tari Sigale-gale merupakan warisan budaya yang dihormati oleh masyarakat di Pulau Samosir. Selain menjadi simbol kesedihan atas kehilangan seorang anak, tarian ini juga memiliki nilai spiritual yang mendalam. Melalui gerakan dan musik yang tercipta, Tari Sigale-gale menghubungkan dunia manusia dengan dunia roh, memperkuat ikatan antara alam nyata dan alam gaib. Keberadaan tarian ini tidak hanya menjadi bagian integral dari budaya Samosir, tetapi juga menyimpan kearifan lokal dan kepercayaan yang kaya, yang memperkaya warisan budaya Indonesia secara keseluruhan.
5. Tarian Kuda Lumping
Tidak bisa diabaikan keberadaan Tari Kuda Lumping dalam daftar ini karena sangat terkenal di Indonesia dan memiliki pertunjukan yang sangat ekstrem. Tarian ini berasal dari Jawa dan telah memperoleh popularitas yang luas di seluruh negeri.
Dalam pertunjukannya, Tari Kuda Lumping melibatkan dua hingga delapan penari pria yang menggunakan anyaman rotan berbentuk kuda sebagai properti penting. Para penari ini menampilkan gerakan yang energik dan lincah dipadukan dengan musik tradisional seperti angklung, gong-gong, kendang, gamelan pelog, kenong, dan terompet khas Kuda Lumping.
Tidak hanya itu, selama pertunjukan, mantra-mantra juga dibacakan oleh seorang dukun yang pada akhirnya dapat mengakibatkan para penari mengalami kesurupan atau trans.
Hal tersebut memungkinkan para penari untuk menunjukkan aksi yang sebenarnya sangat berbahaya bagi manusia biasa. Mereka melakukan tindakan seperti berjalan di atas pecahan kaca, dicambuk, mengangkat beban yang berat, bahkan menyayat tubuh mereka sendiri.
Menurut sejarahnya, aksi-aksi ini melambangkan kekuatan dan semangat para pejuang masa lalu dalam melawan penjajahan kolonial Belanda. Tari Kuda Lumping bukan hanya sebuah pertunjukan seni yang memikat, tapi juga memiliki makna sejarah dan sosial yang mendalam.
Melalui gerakan dan ekspresi yang menantang batas-batas fisik, tarian ini menggambarkan keberanian dan semangat juang yang mewakili perlawanan terhadap penindasan. Keberanian penari dan pengorbanan diri mereka menunjukkan dedikasi yang kuat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan kemerdekaan.
Itulah 5 tarian khas Indonesia yang terkenal akan kesakralannya dan juga mengandung unsur magis. Sebagai bangsa Indonesia, kita patut berbangga hati karena memiliki kekayaan budaya yang berlimpah dari berbagai daerah. Keberagaman budaya ini menjadi bukti nyata bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar dengan segala keanekaragaman yang memperkaya identitas dan kehidupan.
Writer: Alberto Viyandika Putra Remetwa (Magang)
Editor: Dwi Lindawati