MALANG, Tugujatim.id – Kabupaten Malang, daerah yang telah berusia 1.260 tahun ini memiliki sejarah panjang. Bahkan, sejak abad ke-17, Malang sudah begitu dikenal di Kesultanan Mataram sebagai wilayah Mancanegara Wetan Malang.
Tak heran, wacana perubahan nama Kabupaten Malang menjadi Kabupaten Kepanjen yang diusulkan Bupati Malang, Sanusi ditolak oleh sejarawan asal Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono.
“Wilayah Mancanegara Wetan Malang adalah bagian dari Kesultanan Mataram. Dan di daerah Kesultanan Mataram juga sudah banyak wilayah Mancanegara selain di Malang,” ujar Dwi Cahyono pada Tugu Malang, grup Tugu Jatim Selasa (28/09/2021).
Sejarah Nama Malang: Bukan Tentang Nasib
Nama Malang sendiri diambil wilayah topografi yang yang seperti mangkok. Banyak pegunungan yang mengelilingi wilayah ini yang terlihat seperti Malang Megung di tengah pegunungan.
“Dari semula memang Malang dan tidak merujuk pada nasib seseorang, tapi karena bentang arealnya yang tidak pas di seluruh penjuru mata angin,” bebernya.
“Malang itu bentuknya seperti dasar mangkok, dan di tengah-tengah pegunungan itu ada Gunung Buring dan Gunung Mujur di Karangploso,” sambungnya.
Lalu nama Mancanegara Wetan Malang berubah menjadi Kadipaten Malang dan berubah kembali menjadi Kabupaten Malang hingga saat ini.
“Pada tahun 1914, Kabupaten Malang mengalami pemekaran menjadi Kabupaten Malang dan Kota Praja Malang yang saat ini dikenal sebagai Kota Malang,” paparnya.
Melihat fakta sejarah yang sangat panjang ini, Dwi Cahyono sangat menolak rencana Bupati Malang, Muhammad Sanusi, yang ingin mengubah nama Kabupaten Malang menjadi Kabupaten Kepanjen.
“Saya secara pribadi menolak (wacana perubahan nama Kabupaten Malang menjadi Kabupaten Kepanjen, red),” pungkasnya.