MALANG, Tugujatim.id – Kick off vaksinasi anak usia 6-11 tahun di seluruh Indonesia resmi digelar sejak 14 Desember 2021. Upaya pemerintah menuju Herd Immunity ini akan diterapkan pada sebanyak 26,5 juta anak. Mereka akan mendapat vaksin jenis Sinovac dosis pertama.
Vaksinasi untuk anak ini akan dilakukan secara bertahap terutama di daerah yang cakupan vaksinasinya mencapai 70 persen hingga akhir Desember 2021. BPOM juga telah merekomendasikan vaksinasi anak tersebut. Hal ini mengemuka dalam Dialog Produktif Senin Vaksinasi Aman untuk Anak yang digelar KPC-PEN, Senin (20/12/2021).
dr Maxi Rein Rondonuwu, Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, menuturkan bahwa sejauh ini proses vaksinasi berjalan lancar. Tercatat sudah ada 500 ribu anak mendapat vaksin.
”Baru seminggu jalan, dalam sistem kami mencatat sudah ada 500 ribu anak dari total 26,5 juta anak. Pantauan kami, antusiasmenya terus meningkat,” ungkap dia.
Vaksinasi anak ini, lanjut Maxi, sengaja digelar di wilayah yang telah menuntaskan vaksinasi hingga 70 persen dan untuk lansia mencapai 60 persen. Jika belum, maka tidak bisa dilakukan vaksinasi untuk anak.
”Ini kita lakukan untuk mendorong agar capaian vaksinasi untuk orang dewasa dan lainnya bisa diprioritaskan dulu. Meski anak sendiri tergolong rentan tertular dan menularkan,” kata dia.
Sebab itu, pihaknya mengimbau kesadaran warga untuk menilai pentingnya vaksinasi untuk anak. Meski secara kasuistik, tingkat kematian akibat paparan virus pada anak tergolong rendah. Infonya, 13 persen anak di Indonesia telah terpapar virus asal Wuhan, China ini.
”Saya ingatkan lagi bahwa vaksin ini sifatnya untuk mencegah, meminimalisir laju penularan. Apalagi sekarang sudah mulai sekolah tatap muka. Saya kira, kita masih harus waspada,” tegasnya.
Kewaspadaan juga disampaikan Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof Dr Sri Rezeki Hadinegoro, bahwa anak usia 6-11 tahun ini juga bisa digolongkan sebagai super spreader.
Dalam proses infeksinya, anak usia 6-11 tahun ini hanya mendapat gejala ringan atau OTG. Sebab itulah anak pada usia ini berpotensi tinggi dalam rantai penularan virus.
”Mereka hidup bersama orang tua, apalagi kalangan rentan atau punya komorbid. Di situ letak pentingnya anak mendapat vaksin,” jelas dia.
Dengan begitu, tak hanya di rumah, lanjut dia, anak juga bisa lebih aman ketika beraktivitas di luar rumah dan juga di sekolah. Artinya, orang lain yang beraktivitas di dekat anak ini ikut bisa terlindungi.
Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi juga berharap agar orang tua berperan lebih dalam menyukseskan vaksinasi untuk anak ini. Terlebih, saat ini masih banyak beredar informasi hoaks terkait vaksinasi anak.
”Saya kira pengertian dari orang tua juga penting. Jangan mudah termakan info hoaks,” tegas dia.
Di lain sisi, Kak Seto, sapaan akrabnya, mengusulkan agar orang tua ikut mengedukasi anak-anak terkait pentingnya vaksin lewat berbagai media. Misalnya, lewat dongeng atau cerita tutur.
Kak Seto berharap orang tua dituntut kreatif dalam menyampaikan kesadaran vaksinasi ini dengan berbagai cara.
”Bisa dibuat nasehat-nasehat, bisa dibuat lewat lagu dan berbagai bahasa anak lainnya,” ujarnya.
Meski begitu, tren persebaran Covid-19 mulai ada penurunan. Namun, masyarakat diimbau tetap waspada. Sebaran varian baru yakni AY 4.2 mulai membayangi masuk ke Indonesia. Terlebih di jelang libur akhir tahun 2021 ini, masyarakat diwanti-wanti untuk tetap disiplin protokol kesehatan.