TRENGGALEK, Tugujatim.id – Warga Kabupaten Trenggalek bisa dibilang beruntung. Tak hanya memiliki bupati Mochamad Nur Arifin yang masih muda, istri dari pria yang akrab disapa Gus Ipin juga pandai dalam memberikan siraman-siraman rohani. Terutama saat bulan Ramadhan 1442 H ini.
Ya, perempuan bernama Novita Hardini Mochamad yang juga merupakan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek ini juga kerap hadir dalam kegiatan Safari Ramadhan dan mengisi siraman rohani. Salah satunya kegiatan di Masjid Miftahulhuda, Desa Pule, Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek, Senin (26/4/2021).
Pada kesempatan itu, ia mengingatkan warga agar bulan Ramadhan ini dijadikan momentum untuk meminta ampunan dan memanjatkan doa sebanyak-banyaknya, serta berhara rida dari Allah SWT.
Novita menjelaskan jika ujian bertubi-tubi telah terjadi, mulai pandemi Covid-19, hingga bencana alam. Maka ia mengajak jika warga sudah seharusnya bisa menjadikan hal tersebut sebagai dasar untuk merenung dan merefleksikan diri.
“Saat ini kita sedang diuji dan perlunya bermunajat memohon ampunan kepada Allah,” ajak penggiat perempuan di Kabupaten Trenggalek tersebut, Senin (26/4/2021).
Ramadhan, lanjut istri Bupati Trenggalek, merupakan momen untuk meminta ampun dan memanjatkan doa sebanyak banyaknya.
“Covid menjadi refleksi diri untuk senantiasa kita bersyukur meskipun di tengah kondisi yang sulit,” lanjutnya.
Mengutip salah satu ayat dalam Al-Qur’an, penggagas Sepeda Keren ini menyampaikan jika tidak ada kebaikan selain kebaikan itu sendiri.
“Tidak ada kebaikan selain kebaikan itu sendiri. Maknanya dalam. Karena saat diuji, kadang kita lupa bersyukur akan nikmat yang diberikan Allah SWT,” imbuhnya.
Ibu dari gadis cantik bernama Sia tersebut dalam kesempatan Safari Ramadhan itu juga mengingatkan mengenai bahaya pandemi. Menurutnya, pandemi sebagai wabah yang tidak bisa dianggap main main.
Meskipun sudah divaksin belum tentu bisa menjamin seseorang selamat. Kedisiplinan prokes dan kewaspadaan kita penting untuk bisa terhindar dari pandemi.
Di India contohnya, awalnya tingkat kematian 200 jiwa per hari, karena kelonggaran dan ketidak waspadaan saat ini terjadi puncak kasus Covid-19.
Dipicu dari kegiatan agama, mandi di sungai secara masal mengakibatkan serangan gelombang dua yang maha dasyat. Kasus harian melonjak naik, rumah sakit penuh, oksigen kehabisan akhirnya sebabkan kematian yang cukup tinggi, imbuh sarjana ekonomi itu.
Selain itu juga menurut ketua Dekranasda Trenggalek ini pandemi Covid-19 juga menunjukkan derajad manusia itu sama di mata Allah.