SURABAYA, Tugujatim.id – Apakah Anda tahu di manakah pabrik pembuatan sirup tertua di Surabaya? Bahkan, ini menjadi pabrik sirup pertama di Indonesia lho. Barangkali banyak yang tidak tahu jika pabrik sirup pertama di Indonesia didirikan oleh JC Van Drongelen pada 1923 silam dengan nama Pabrik Siropen. Lokasinya pun tepat di Jalan Mliwis No 5 Kota Surabaya, dekat pusat sejarah Jembatan Merah dan letaknya sekitar 150 meter dari Polrestabes Surabaya.
Unit Siropen L. M. Alfian Z, mengatakan, Siropen merupakan pabrik yang didirikan sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, setidaknya telah melewati periode pra-kemerdekaan dan kemerdekaan di Indonesia.
“Siropen merupakan pabrik air demineral, telasih, dan ‘gourmet’ (penilai rasa makanan, red) salah satu yang tertua di Surabaya dan didirikan sejak 1923 silam oleh JC Van Drongelen. Saat itu zaman penjajahan Belanda dan Jepang,” terangnya saat ditemui Tugu Jatim, Kamis (01/07/2021).
Di sisi lain, Alfian, sapaan akrabnya, saat itu ada upaya nasionalisasi berbagai pabrik dan perkebunan oleh Presiden Pertama RI Ir Soekarno. Termasuk di dalamnya, Pabrik Limun dan Sirup “Telasih” yang bernama “Siropen” tersebut.
“Saat itu Presiden Soekarno mengupayakan nasionalisasi semua pabrik yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Surabaya. Lalu, pengelolaan pabrik diberikan pada Pemprov Jawa Timur,” lanjutnya.
Bangunan Pabik Siropen ini beberapa kali sempat berpindah tangan. Sebut saja, pada 1942 silam pernah diambil alih oleh serdadu Jepang. Setelah pendudukan Jepang usai, pabrik telasih tersebut dikuasai kembali oleh Belanda hingga ada upaya nasionalisasi pada 1958, semua perusahaan milik Belanda diambil alih oleh Indonesia kembali.
Pada 1962, Pabrik Siropen ini diserahkan ke Perusahaan Industri Daerah Makanan dan Minuman yang dilebur menjadi P.D. Aneka Pangan pada 1985. Lalu, Alfian menegaskan, pada 2002 masuk ke PT Pabrik Es Wira Jatim yang merupakan “holding company” dari PT Panca Wira Usaha Jawa Timur.
“Selain pabrik, upaya nasionalisasi juga dilakukan Ir Soekarno pada aspek perkebunan. Pada zaman kemerdekaan dulu, Siropen juga sempat memproduksi botol (tapi sekarang sudah tidak, fokus produksi air demineral, telasih, dan gourmet, red),” tegasnya.
Alfian melanjutkan, menariknya ada penelitian yang dikerjakan oleh Komunitas “Roode Burg Soerabaia” yang menghasilkan fakta sejarah bahwa Pabrik Siropen saat gejolak perang 10 November 1945 berlangsung, dipakai sebagai pusat persembunyian pelajar dan tentara pribumi untuk mengamankan diri.
Mengingat, saat itu meletusnya perang 10 November 1945 pasca terbunuhnya Brigjen Aubertin Walter Souther (AWS) Mallaby saat momentum “Battle of Surabaya” di kawasan Jembatan Merah pada 30 Oktober 1945. AWS Mallaby terbunuh akibat tembakan misili yang diletuskan pejuang kemerdekaan Surabaya, kendati belum diketahui secara pasti siapa sosok yang membuat AWS Mallaby tewas.
“Saat perang 10 November 1945, pasca terbunuhnya Brigjen AWS Mallaby di Jembatan Merah. Pabrik Siropen ini sempat jadi tempat persembunyian pelajar. Sebagian pasukan juga mengamankan diri di sini,” bebernya.
Panjang lebar menceritakan sejarah Pabrik Siropen, Alfian kemudian menjelaskan soal pengelolaan, produksi, dan distribusi sirup merek Siropen Air Demineral, Siropen Telasih, dan Siropen Gourmet di berbagai wilayah di Indonesia.