SURABAYA, Tugujatim.id – Pencinta kuliner pasti sudah nggak sabar dong dengan rekomendasi menu dari Tugu Jatim yang satu ini. Ya, kali ini Anda akan disuguhi makanan unik, namanya pecel rawon. Kuliner Kota Surabaya ini tersedia di Pecel Rawon Warung Pojok Moroseneng, tepatnya di kawasan Pasar Pucang lho. So, penasaran nggak gimana uniknya rasa kuliner pecel dicampur rawon?! “Hmmm…sepertinya patut dicoba ya.”
Warung Pojok Moroseneng ini memang tempatnya berada di pinggir jalan. Tapi, soal rasa, nggak kalah dong layaknya makanan hotel bintang 5. Istimewanya lagi, para pelanggannya rela berjubel antre untuk menikmati seporsi kuliner pecel rawon ini. Tak heran ya jika usaha kuliner ini tak pernah sepi pembeli.
Meski jam operasionalnya selalu malam hari, tapi itu menjadi daya tarik tersendiri bagi pencinta kuliner malam yang tengah berburu makanan saat lapar melanda. Tak perlu merogoh kocek dalam-dalam, Anda cukup mengeluarkan uang Rp18.000 untuk bisa menikmatinya. Apalagi jika ditambah lauk lainnya seperti ayam goreng hingga daging empal suwir. Nampol nggak tuh?!
Owner Warung Pojok Moroseneng bernama Liswati, 52, mengatakan, asal mula mendirikan usaha kuliner ini sejak 1996 atau 26 tahun silam.
“Ya, kami membuka usaha ini mulai 1996 silam,” ujarnya pada Jumat (01/04/2022).
Dia mengatakan, memang kuliner malam yang disajikan itu unik dengan memadupadankan makanan pecel dan rawon. Jadi rasa makanan unik ini perpaduan bumbu kacang dari pecel dan kuah gurih dari rawon yang membuat lidah para pelanggan makin bergoyang.
Menurut dia, menu pecel rawon ini ada karena permintaan dari salah satu pelanggan.
“Dulu yang buka usaha ini adalah orang tua saya, Ibu Julaika. Menu pecel rawon ini adalah keinginan orang-orang. Akhirnya jadi banyak peminatnya, Mas,” ucapnya kepada Tugu Jatim.
Namanya kuliner malam, jam operasionalnya pun malam. Warung Pojok Moroseneng ini baru buka sekitar pukul 21.00 hingga pukul 02.00. Dinamai Warung Pojok Moroseneng memang sudah sejak awal didirikan. Dia mengatakan, nama itu dipakai karena awal berjualan di depan Toko Texstil Moroseneng yang berada di Jalan Pucang Anom 17-33 Ruko 4 Surabaya.
“Dulu itu yang buka adalah Ibu saya, Mas. Kini beliau sudah meninggal dunia. Jadi, saya ini ibaratnya generasi kedua dari beliau untuk melanjutkan usaha. Sejak awal berdiri dulu ya di sini, gak pernah pindah,” ungkapnya.
Liswati menambahkan, untuk harga makanannya tidak mahal, mulai dari Rp18 ribu per porsi sudah bisa menikmati pecel rawon dengan lauk ayam goreng maupun empal suwir.
“Kalau harga kami mengikuti. Dulu belum sampai Rp10 ribu, sekarang Rp17 ribu untuk lauk telur, dan Rp18 ribu dilengkapi ayam goreng atau empal suwir. Ada juga menu tambahan seperti telur asin hingga paru-paru sapi,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu pelanggan Warung Pojok Moroseneng bernama Nasib, 21, mengatakan, dirinya sering makan ke Warung Pojok Moroseneng jika mampir ke Surabaya.
“Saya sering makan ke sini, Mas. Kalau kebetulan main ke Surabaya. Tempat ini gak boleh dilewatkan karena menyajikan kuliner perpaduan rawon dan pecel. Sulit dilupakan pokoknya,” kata pemuda asal daerah Tuban tersebut.
Salah satu pelanggan tetap sejak 1998 bernama Robert, 61, mengatakan kalau tak pernah absen makan di tempat Ibu Liswati.
“Saya senang makan di Warung Pojok Moroseneng ini sejak masih kecil, Mas. Masih zaman ibunya yang jaga dulu. Sekarang diganti anaknya. Ya, dari dulu rasanya tidak pernah berubah, selalu enak dan lezat,” ujarnya.
Sempat Terpuruk Diterpa Pandemi, Kemudian Bangkit
Liswati membeberkan, ketika pandemi Covid-19 melanda, dia sempat terpuruk karena mengalami penurunan omzet penjualan. Dia mengatakan kondisi itu sempat membuat perekonomiannya terguncang.
“Untuk pandemi ya, penurunan omzet sangat drastis, sampai anak buah pulang kampung semua. Apalagi kami buka sejak pukul 21.00. Jadi di situ kendalanya, harus nunggu toko tutup dulu baru kami buka,” ujarnya.
Dia melanjutkan, tapi kondisinya sekarang sudah mulai membaik dan normal seiring berjalannya waktu.
“Orang-orang butuh makan, apalagi untuk para pegawai yang pulang malam. Kasihan mereka kelaparan dan biasanya ada anak-anak muda yang habis nongkrong butuh makan, Mas,” bebernya.
Dengan dibantu sekitar 6 karyawan, dia sigap menghafal dan melayani pelanggannya. Menurut dia, pelanggan tidak pernah protes atas masakan maupun pelayanan yang diberikan.
Liswati menyebutkan, untuk pelanggannya dari berbagai kalangan, mulai mahasiswa, pegawai, artis, hingga politisi.
“Yang makan dari berbagai kalangan. Artis yang paling sering ke sini itu pemain film Yo Wes Ben 3, Mas Dono Pradana, sama Mas Tian. Beliau adalah selebgram dan artis lokal Surabaya. Sering makan di sini, Mas,” katanya.
Sementara saat ditanya soal omzet per bulan, dia menjawabnya dengan senyuman.
“Kalau itu rahasia publik, gak boleh bocor, Mas. Terpenting ada berkah dan rida Allah SWT,” ucapnya.
Dia pun menyadari dalam membangun usaha hingga bisa bertahan selama 26 tahun ini bukan hal yang mudah, tapi perlu ketelatenan dan nggak banyak mengeluh dengan berapa pun hasil yang didapat.
“Namanya jualan, pasti ada pasang surutnya. Kalau rezeki kan memang sudah diatur ya. Tapi, ya gitu kita harus telaten, gimana pun cuacanya saya tetap jualan. Intinya, dijalani dan nggak pantang menyerah,” ujarnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim