MALANG, Tugujatim.id – Isu inklusi finansial menjadi bahasan oleh beberapa komunitas di Kota Malang seperti Kampus Desa Indonesia, Smart Community, serta Jasmerah. Bahasan ini berawal dari beberapa fenomena di lapangan yang terjadi, semisal peserta didik dari perguruan tinggi minim koneksi sentuhan orientasi finansial.
“Kalau berkaca dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020-2022 menunjukkan bahwa angka pengangguran terdidik yang berisi alumni perguruan tinggi mencapai 4,80 persen. Hal ini menjadi landasan awal kami mencoba membahas tentang inklusi finansial,” ucap Direktur Biro Layanan Psikologi dan Konseling Smart Community, Abdul Hamid Cholili, pada Minggu (22/10/2023).
Menurut Cholili, perilaku berpenghasilan harus dipunyai bahkan sejak masih berkuliah. Walau demikian, Cholili juga menegaskan bahwa perlu perpaduan dalam diri seseorang hingga mencapai titik berpenghasilan. “Ibarat manajemen tindakan. Maksudnya memadukan kemampuan diri seperti aspek intelektual, sosial, dan finansial,” imbuhnya.
Selanjutnya Cholili memberi catatan bahwa seorang pengusaha (enterpreneur) tidak membatasi modal hanya berupa uang atau barang. Bagi Cholili, pewirausaha juga dikatakan memiliki modal seperti relasi luas atau gaya komunikasi yang khas. “Selain itu, keterampilan sosial juga bisa masuk modal karena dapat menciptakan akses jaringan pasar sehingga produk usaha bisa menjangkau segala lini,” beber Cholili.
Co-founder Kampus Desa Indonesia, Alfin Mustikawan mengatakan bahwa sadar data kini menjadi elemen penting dalam dunia finansial. Hal ini berangkat dari pengalaman pribadi Alfin yang menjumpai putrinya berjualan es kul-kul setelah melihat tayangan pada media sosial TikTok.
“Anak kami yang melihat TikTok tentang cara bikin es kul-kul, dia menawarkan es itu ke teman-teman seusianya. Nah itu contoh sadar data sejak dini. Sadar data ini dapat membantu keputusan finansial. Termasuk juga menjalin jaringan kemitraan dengan berbagai pihak,” ucap Alfin.
Reporter: Hanif Nanda
Editor: Lizya Kristanti