PASURUAN, Tugujatim.id – Puluhan industri rumahan yang memproduksi kapuk di Desa Suwayuwo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, tetap bertahan meski diterjang pandemi Covid-19. Selain pandemi yang tak kunjung usai, para produsen kapuk dari pohon randu tersebut juga harus bertahan di tengah maraknya busa dan silikon sebagai bahan pengisi kasur dan bantal.
Meski begitu, puluhan warga Desa Suwayuwo, Sukorejo, ini tetap yakin bahwa kapuk berkualitas yang mereka buat tetap akan mempunyai pasarnya sendiri. Salah satunya dari pengusaha kapuk bernama Sohibul Huda, 53, yang mengungkapkan jika setiap bulan dia dan warga desa lain bisa tetap memproduksi puluhan ton kapuk.
“Kalau dulu awal merintis cuma memproduksi puluhan kilo saja tiap hari, lambat laun berkembang tiap tahun sampai akhirnya bisa konsisten di angka 4 ton tiap hari,” ujarnya.
Puluhan ton olehan buah kapuk dari pohon randu tersebut bahkan mampu dikirim dan dipasarkan ke beberapa wilayah se-Indonesia. Tidak heran jika Desa Suwayuwo, Sukorejo, ini terkenal sebagai salah satu sentra produsen kapuk di Kabupaten Pasuruan.
Berbekal kreativitasnya, pria yang sudah jadi produsen kapuk sejak 1996 ini bahkan mampu menciptakan mesin pengolah kapuk buatannya sendiri untuk menunjang produksinya.
“Karena mesin blower jarang dijual di toko, saya buat mesin pemisah kapuk itu sendiri. Prosesnya mulai dari mengambil buah randu dari pohon, terus dipecah dan dijemur, lalu dimasukkan ke mesin blower buat misah kapuk agar bersih dari biji,” ungkapnya.
Meski sempat kewalahan di awal pandemi Covid-19, usaha yang sudah dia tekuni selama 25 tahun ini mampu bertahan. Untuk harga jual kapuk yang sempat menurun hingga 30 persen, membuat Sohibul harus memutar otak dengan menjual kapuk ke pengepul agar stok produksinya tidak tertimbun.
“Alhamdulillah, selama pandemi masih bisa bertahan tanpa mengurangi jumlah produksi. Proses pengiriman juga masih lancar. Sampai harus jual kapuk ke pengepul biar bisa tetap produksi tanpa ngurangi karyawan,” ujarnya.