SURABAYA, Tugujatim.id – Menghadiri Rapat Koordinasi Kesehatan Daerah (Rakorkesda) Jawa Timur di Surabaya pada Rabu (26/07/2023), Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan lima Program Prioritas Kesehatan 2023.
Lima poin di bidang kesehatan yang masuk dalam Program Prioritas Kesehatan 2023 adalah stunting, penurunan angka kematian ibu (AKI), penurunan angka kematian bayi (AKB), penyakit katarostropik, serta pencegahan dan tindakan penyakit TBC.
Menurut laporan Pusdatin Kemenkes RI, AKI Jawa Timur mengalami penurunan jumlah dari 2022 sebanyak 499, kini menjadi 203 kasus per Januari-Juni 2023. Sementara itu untuk target nasional 2024 yakni 183/100000 kelahiran hidup.
“Meski mengalami penurunan, kami tidak boleh berhenti sampai di situ saja. Semua harus bekerja keras,” kata Gubernur Khofifah.
Untuk AKB Jatim 2022, tercatat 3.172 bayi. Juga mengalami penurunan per 1 Juli 2023 menjadi 1.502 bayi. Kemudian, Gubernur Khofifah juga menuturkan bahwa dari hasil laporan setiap kabupaten/kota hingga 30 Juni 2023 total kematian ibu yakni 206 dan kematian bayi 1.618 kasus.
Berbagai upaya dilakukan untuk pencegahan bertambahnya AKI dan AKB mulai dari pemeriksaan dan pendampingan ibu hamil, edukasi kehamilan dan kesehatan ibu anak secara rutin hingga pendampingan antar instansi provinsi ke kabupaten/kota.
“Upaya untuk mencegah AKI dan AKB juga disertai tentang sosialisasi stunting. Karena ketiga komponen itu tidak dapat dipisahkan,” ungkapnya.
Dari dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI 2022, stunting di Jatim masih berada di antara 19,2 persen. Target 2024, stunting bisa turun hingga 14 persen.
Sementara itu, untuk kasus TBC, Jatim menduduki peringkat dua nasional dengan penemuan kasus menuju eliminasi TBC pada 2030.
Menurut Gubernur Khofifah, melalui tagline Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) menjadi satu langkah yang tepat untuk memutus penyebaran TBC. Selain itu, peningkatan sarana dan prasarana diagnostik TBS dan penambahan tenaga kesehatan juga dilakukan.
“Saya berharap upaya tersebut mampu mendeteksi kasus TBC sedini mungkin dan pasien TBC segera dapat pengobatan bermutu,” jelasnya.
Kemudian prioritas lain terkait layanan kesehatan harus diutamakan untuk penyakit katarostropik yang menyebabkan angka kematian besar dan beban biaya meningkat.
“Di Jatim ada dua rumah sakit yang diproyeksikan untuk menjadi pengampu (koordinator) paripurna. Yaitu RSUD dr Soetomo dan RSUD Saiful Anwar Malang,” ucapnya.
Nantinya kedua rumah sakit yang diproyeksikan tersebut akan ditunjuk agar mampu menguatkan SDM, layanan, dan sarana prasarana.
“Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan berupaya untuk berperan aktif demi terwujudnya penataan sistem rujukan penyakit katarostropik,” ujarnya.
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati