MALANG, Tugujatim.id – Namanya Rizvan Nanda Irianto. Usianya baru 19 tahun, tapi dia sudah terlibat dalam tugas kemanusiaan untuk menangani dampak wabah virus corona. Pria yang akrab disapa Rizvan ini sehari-harinya bertugas sebagai petugas pemulasaraan jenazah Covid-19 di Kota Malang sebagai relawan dari tim BPBD Kota Malang.
Tugas penuh risiko tertular virus itu pun dia emban dengan penuh tanggung jawab. Bersamaan dengan itu, dia juga tak lupa kewajibannya menempuh studi S-1 Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
”Saya masih semester 2. Kebetulan lagi kuliah online selama pandemi ini, jadi masih bisa membagi waktu antara kuliah sama pemulasaraan jenazah ini,” tutur dia kepada awak media Kamis (14/01/2021).
Sangat jarang anak sebaya dia sudah mengemban tugas-tugas sosial kemanusiaan. Terlebih dengan pekerjaan dengan risiko penularan tinggi seperti itu. Latar belakang Rizvan untuk mengemban tugas ini sederhana saja.
”Karena alasan kemanusiaan saja. Terus terang, kalau saya gak mbantu orang kesusahan itu kayak gimana gitu. Saya juga terbiasa ikut kegiatan (sosial) sejak SMP-SMA,” jawabnya.
Sejak remaja, dia sudah aktif di gerakan pramuka untuk membantu penanganan kecelakaan lalu lintas hingga bencana alam. Hingga kemudian, di awal pandemi ini merebak pada Maret 2020, dia mulai direkrut untuk menjadi relawan oleh BPBD untuk melakukan penyemprotan disinfektan.
Hingga kemudian pada April 2020, dia direkrut untuk ikut andil dalam tugas pemulasaraan jenazah Covid-19 hingga sekarang. Tentu berbagai pengalaman suka duka sudah dia lewati. Meski pernah berhadapan dengan warga yang merebut jenazah, membuat dia tak kapok.
Pernah suatu waktu dia berhadapan dengan warga di wilayah Kota Malang. Dia mengisahkan, warga menghadang untuk merebut jenazah yang sudah dinyatakan positif Covid-19. Pernah juga dia dilempari berbagai macam benda, sampah, hingga tong sampah saat membawa jenazah.
”Rasanya campur aduk. Kami ini kerja sosial, tapi kok sampai segitunya. Padahal, gak mungkin juga kami ada niat buruk. Kalau warga khawatir soal syariat pemakaman, kami tidak menyalahi itu. Kalau memang benar negatif, pasti juga tidak prosedur Covid-19,” katanya.
Rizvan menerangkan, jenazah yang dimakamkan sesuai prosedur Covid-19 dijamin tetap sesuai dengan ketentuan syariat, tradisi, dan agama. Bahkan, di Kota Malang, dia mengatakan, masih terbilang manusiawi jika dibanding daerah lain.
”Karena keluarga masih diperbolehkan ikut ngurus jenazah. Mulai mengazani, menyalatkan, menguburkan, hingga memandikan pun boleh asal pakai APD. Kami gak mungkin sejahat itu,” tegas anak tunggal ini.
Terlepas dari itu, dia mengaku tetap bersyukur masih bisa membantu sesama manusia. Meski juga harus ditempuh dengan berbagai risiko. Dari situlah dia bersyukur bisa menambah ilmu, pengalaman, hingga relasi sosial yang semakin luas dibanding dengan teman sebayanya.
”Soal kesejahteraan, itu bukanlah hal yang utama. Banyak ilmu, banyak kenal orang, dapat banyak pengalaman, saya sudah bersyukur banget. Semoga wabah pandemi ini juga cepat selesai,” harapnya. (azm/ln)