MALANG, Tugujatim.id – Salman Subakat, Chief Excecutive Officer (CEO) PT Paragon Technology and Innovation menyampaikan bahwa usaha yang ditiru oleh orang lain, memiliki arti bahwa usahanya sudah benar. Namun, upaya peniruan itu tidak sepenuhnya dapat sempurna, jelas Salman, pasti ada ‘values’, ‘service’, atau ‘cost’ yang berbeda antara satu dengan lainnya.
“Saya lebih takut lagi pak, kalau usahanya gak ada yang niru. Kalau ditiru itu tandanya usahanya benar. Tapi, yang bikin gak ditiru itu bersumber dari ‘values’, ketika desain kita ditiru produk ketika ‘service’ susah ditiru. Ketika ‘service’ sama ‘cost’ yang berbeda,” terang Salman Subakat dalam agenda Bincang Sociopreneur melalui Zoom Cloud Meeting, Senin (15/02/2021), pukul 12.00 WIB.
Sebatas informasi, acara Bincang Sociopreneur itu digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Tugu Malang ID, bagian dari Tugu Media Group yang membawahi Tugumalang.id dan Tugujatim.id. Yang bekerja sama dengan PT Paragon Technology and Innovation. Sedangkan untuk moderator dalam Bincang Sociopreneur ini yakni Nucholis MA Basyari selaku Pemimpin Redaksi Tugu Jatim.
Selain itu, Salman juga menyampaikan banyak usaha yang menerapkan inovasi lanjutan. Salman memberi contoh sebuah restoran masakan padang yang sudah baik dalam pelayanan makanan, namun masih berupaya memberi kenyamanan pada pengguna parkir juga.
“Saya suka perhatikan kalau sistem bagi hasil di rumah makan padang, semua dijaga, kalau parkir gak nyaman bisa dikelola sendiri oleh pelayan, jangan sampai konsumen saya tidak nyaman karena juru parkirnya. Banyak inovasi yang ‘sustainable’, orang itu di drive sama tujuan dan ‘values’. Teori gampang tapi ngejalanin yang susah,” imbuhnya.
Salman juga memberikan rumus ampuh dalam membangun bisnis. Yaitu dengan mengkolaborasikan antara ‘style’ lama dan ‘style’ baru dalam bisnis tersebut, semacam upaya untuk memadukan dua dimensi baru dan lama yang dikemas dalam satu usaha.
“Tergantung brand dan konsumen, bisa aja ada batik tulis. Tentu kalau batiknya tidak 5 tahun ya tidak bonafide. Bisnis bisa digabungin, bisnis itu perlu ada baru dan lamanya juga, kalau untuk membangun tim yang solid itu tiga tahun lah,” tuturnya.
Dalam penjelasannya, Salman juga menyampaikan bahwa berbagai persoalan, masalah dan problem perusahaan itu pada pertumbuhan atau ‘growth’. Sambil menjaga ‘values’ dan ‘culture’ dalam perusahaan tersebut. Intinya, Salman menegaskan, bahwa perlu memperlakukan orang seperti yang ingin kita diperlakukan oleh orang lain.
“Masalah perusahaan itu kan berkaitan sama ‘growth’, tadi ‘value’ sama ‘cultur’ itu dijaga. Kalau ada satu ‘founder’ yang jualan tidak jago, tapi perhatian dan mau dengerin. Jadi perlakukan orang seperti yang ingin kita diperlakukan,” ucapnya.
Salman memberi pesan juga bahwa perlu berpikir jangka panjang, agar menghasilkan teknologi dan inovasi yang lebih maju. Perlu juga mengajak orang-orang di sekeliling untuk menerapkan berpikir jangka panjang agar lebih futuristik.
“Mikirnya jangka panjang, kalau kita mikir jangka panjang pasti kita bakal bisa mengajak orang-orang lain berpikir jangka panjang juga (dapat menghasilkan berbagai pemikiran futuristik dan maju, red),” pungkasnya.
Sebagai informasi, PT Paragon Technology and Innovation merupakan salah satu perusahaan manufaktur kosmetik nasional terbesar di Indonesia dan pemegang beberapa merek-merek unggulan seperti Wardah, Make Over, Emina, IX dan Putri. (Rangga Aji/gg)