MALANG, Tugujatim.id – Baru-baru ini, beredar sebuah kabar di media sosial di mana warganet mempertanyakan validitas data angka kematian karena corona di Kota Malang. Dikatakan warganet, ada perbedaan antara data yang dipublikasikan Pemkot Malang dengan data di lapangan atau di rumah sakit.
Seperti dicuitkan akun @cak_sugenk, misalnya. Dia mengomentari sebuah berita yang mengabarkan tentang kunjungan Wali Kota Malang Sutiaji di Kamar Jenazah RSSA Malang. Situasinya, disana sudah overload hingga ada 7 peti jenazah terpaksa ditempatkan di tenda luar.
”Per 12 Juli 2021 Berapa pasien positif covid yang meninggal di Kota Malang menurut Pemkot? Yak Betul..0 alias tidak ada yang meninggal.. Bingung kudu ngguyu opo nangis.. Ya ALLAH,’‘ cuit dia pada 12 Juli 2021.
Terkait hal ini, Jubir Satgas Covid-19 Kota Malang, dr Husnul Muarif tak menampik jika ada pandangan kejanggalan data seperti itu. Namun dia meluruskan agar melihat data dari sumber dari Pemkot Malang yang dalam hal ini adalah data final.
Dia memaparkan, mekanisme pelaporan data awal dari rumah sakit atau disebut NAR (New All Record) itu sudah langsung terkoneksi ke pusat Kementerian Kesehatan. Data Pemkot Malang berkiblat dari data NAR ini.
Nah setelah itu, dari daerah melakukan verifikasi ulang untuk dijadikan data riil. Data riil adalah data manual yang ada di tiap Dinkes tingkat kota kabupaten dan Provinsi.
”Data realitas tidak mungkin hari ini langsung masuk di NAR. Tidak mungkin. Misal, ada 10 orang meningggal hari ini, itu tidak mungkin langsung masuk NAR,” paparnya, Rabu (14/7/2021).
Jadi, Husnul mafhum jika ada terjadi perbedaan pandangan antara data riil dengan data yang ada di lapangan. Artinya, tidak semua pemakaman dengan protokol COVID-19 terindikasi positif. Mengingat dalam hal ini, hasil dari tes swab PCR juga tidak bisa keluar di hari itu juga.
”Jadi tidak semua pemakaman dengan protokol itu statusnya positif. Semua ada buktinya kok, kami pastikan lagi status pasien waktu meninggal ini apakah suspect, probable atau positif,” jelasnya.
Perbedaan pandangan juga terjadi pada angka pertambahan kasus di Kota Malang pada 13 Juli 2021. Dimana ada pertambahan kasus mencapai 310 jiwa dalam sehari.
Namun, pihaknya masih akan melakukan tracing lagi untuk memastikan apakah jumlah ini semuanya adalah warga domisili Kota Malang.
”Itu kan baru data dari NAR. Nanti akan kita tracing lagi apa benar 310 kasus ini benar berdomisili di Kota Malang. Karena ini kan data dari lab PCR yang langsung terintegrasi di Kemenkes,” paparnya lagi.
Dengan begitu, hingga per Selasa (13/7/2021), jumlah total kasus terkonfirmasi positif di Kota Malang tercatat sebanyak 7.828 kasus. Rinciannya, sebanyak 6.358 orang dinyatakan sembuh, 687 orang meninggal dunia dan sisanya masih menjalani perawatan.
Dari jumlah ini menempatkan Kota Malang ada di posisi 4 dengan jumlah kasus positif terbanyak di Jawa Timur. Setelah Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.