Tugujatim.id – Sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 11 Desember sebagai International Mountain Day (Hari Gunung Internasional) yang diperingati sejak tahun 2003.
Dilansir dari Diskominfo.Kalbar, deklarasi ini bermula ketika PBB menggelar konferensi dengan tema Pengelolaan Ekosistem yang Rapuh: Pembangunan Gunung Berkelanjutan sebagai wujud kepedulian pada lingkungan dan pembangunan yang menjadi tonggak penting dalam sejarah pengembangan gunung.
Seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap pentingnya gunung bagi kehidupan manusia, selain menetapkan Hari Gunung Internasional, Sidang Umum PBB juga menetapkan tahung 2002 sebagai Tahun Pegunungan Internasional.
Sementara, dilansir dari akun instagram DLH Kabupaten Probolinggo, tujuan peringatan Hari Gunung Internasional ialah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pegunungan bagi kehidupan manusia, juga melihat peluang dan tantangan dalam pengembangan pegunungan.
Sedangkan Diskominfo.Kalbar, menyebut, peringatan ini bertujuan sebagai alarm bahwa banyak permasalahan manusia yang menganggu kelestarian alam pegunungan.
Foof Agriculture Organization (FAO PBB) mengatakan sekitar 27 persen daratan di bumi merupakan wilayah pegunungan dan hampir 15 persen populasi manusia tinggal di pegunungan. Ekosistem pegunungan memberi banyak manfaat bagi manusia. Apa sajakah itu?
1. Wisata Alam yang Indah dan Bernilai Ekonomis
Gunung merupakan tempat wisata yang menyuguhkan keindahan alam luar biasa. Tak heran, jika gunung selalu ramai dikunjungi para pendaki dan pecinta alam. Di Indonesia, banyak sekali pegunungan indah, misalnya Gunung Lawu, Gunung Bromo, Gunung Semeru, dan sederet tempat pendakian yang menawarkan panorama alam menakjubkan.
Bahkan, hal ini bernilai ekonomis. Menurut buku Strategi Pengelolaan Ekosistem Gunung, setiap tahun sekitar 15 persen dari 20 persen pendapatan sektor wisata diperoleh dari aktivitas wisata yang berkaitan dengan pegunungan.
2. Sumber Pangan dan Penjaga Keseimbangan Alam
Pegunungan menyimpan keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan dan obat-obatan. Beberapa tanaman bahan pangan penting berasal dari pegunungan, misalnya, kentang, jagung, tomat, sorghum, apel, dan jelai (sejenis serealia). Pegunungan juga berperan dalam mengatur kualitas air, udara, tanah, dan iklim.
Hal ini cukup beralasan sebab pegunungan sebagai habitat jutaan pepohonan mampu menjadi penyedia oksigen, menyerap karbondioksida, dan mencegah bencana banjir serta tanah longsor. Selain itu, ekosistem pegunungan merupakan tempat hidup pelbagai spesies fauna yang harus dijaga dan dilestarikan.
3. Penyimpan Sumber Daya Alam
Ekosistem pegunungan berfungsi sebagai penyimpan cadangan air. Melansir dari DLH Kabupaten Probolinggo, 60-80 persen air tawar berasal dari sumber air pegunungan. Sebab, pepohonan di pegunungan dapat menyimpan air dan menjadi daerah resapan air hujan.
Air tawar dari pegunungan sangat penting untuk mencapai ketahanan pangan global karena air bermanfaat bagi petani untuk mengairi lahan pertaniannya. Selain itu, pegunungan juga berperan penting dalam menyediakan energi terbarukan, terutama tenaga surya, tenaga angin, dan biogas.
Selain beragam peran dan fungsi ekosistem pegunungan di atas, ada juga tantangan yang harus dihadapi. Pegunungan terancam oleh perubahan iklim, alih fungsi lahan, eksploitasi sumber daya hayati dan hewani, dan ancaman bencana erupsi gunung berapi.
Berkaitan dengan potensi kebencanaan, Indonesia terletak dalam cakupan Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yaitu daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.
Sementara menurut buku Strategi Pengelolaan Ekosistem Gunung, seluruh gunung api di nusantara berada dalam jalur tektonik yang memanjang mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Halmahera, dan Kepulauan Sangir Talaud yang menempati seperenam dari luas daratan nusantara.
Lebih dari 10 persen populasi penduduk berada di kawasan rawan bencana erupsi gunung api. Dengan demikian, tantangan dari banyaknya ekosistem pegunungan ini memerlukan kesiapan dan kesigapan dalam mitigasi bencana.