SURABAYA, Tugujatim.id – Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kini berubah nama menjadi Sarekat Islam merupakan organisasi berhaluan Islam yang dulunya bergerak di bidang perdagangan. SDI pun terbentuk di Solo pada 1911 oleh Haji Samanhudi.
Pada 1912 atas dasar pemikiran Raden Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto atau yang akrab disapa HOS Tjokroaminoto yang mengatakan, penggunaan nama “Dagang” dalam Sarekat Dagang Islam dapat membuat organisasi ini susah untuk berkembang. Jadi, organisasi ini berubah nama menjadi Sarekat Islam. Kepemimpinan Tjokroaminoto pun sangat banyak memberikan pengaruh terhadap organisasi ini.
Jumlah anggota yang awalnya hanya 20 orang, saat HOS Tjokroaminoto menjadi ketua Sarekat Islam bertambah pesat hingga mencapai 500.000 orang sehingga ini merupakan puncak dalam sejarah perjalanannya.
HOS Tjokroaminoto memang tokoh pergerakan nasional yang terkenal akan jasanya kepada masyarakat pribumi. Dia merupakan keturuan priyai dan ulama sehingga dirinya dapat bersekolah di OSVIA (Opleiding School Voor Inslandche Ambtenaren), yaitu sekolah yang direncanakan untuk menghasilkan pegawai pemerintah pribumi.
Setelah lulus dari sekolah tersebut, banyak pertanyaan yang muncul akan sistem pemerintahan Belanda yang menuntut agar masyarakat Jawa tunduk terhadap aturan. Kemudian Tjokroaminoto dikenalkan dengan Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) kala itu.
Sarekat Dagang Islam saat itu merupakan organisasi yang bertemakan Islam dan bergerak dalam faktor ekonomi, yakni persaingan perdagangan batik di Solo dengan golongan pedagang dari Cina. Organisasi ini mudah diterima karena mampu mengangkat permasalahan masyarakat pribumi terhadap sistem pemerintahan Belanda yang memunculkan banyak kegelisahan.
Banyak masyarakat pribumi yang menganggap Sarekat Dagang Islam sebagai alat dalam membela diri terhadap pihak pemerintah Belanda hingga terhadap masalah dagang batik yaitu pedagang Cina yang telah merugikan pada pedagang pribumi di Solo.
Pendirian Sarekat Islam ini tidak hanya semata-mata untuk perlawanan terhadap pedagang Cina, tapi juga sebagai bentuk perlawanan terhadap semua penindasan yang dirasakan pribumi.
Hal ini sangat selaras dengan pemikiran Tjokroaminoto yang sangat memperhatikan pribumi sehingga Haji Samanhudi memintanya untuk memimpin organisasi Sarekat Islam yang pada saat itu tengah membuka cabang di Surabaya. Harapannya dapat mengemudikan organisasi tersebut dengan baik melihat kemampuan Tjokroaminoto yang memiliki kharisma yang baik dan berlatar pendidikan yang baik pula.
Pada 1912, pertemuan antara Sarekat Dagang Islam dengan Tjokroaminoto pun dilaksanakan dengan dijelaskan mengenai tujuan organisasi, visi, dan misi membuat dia bersedia memimpin Sarekat Islam. Pada saat itu mulailah kiprah Tjokroaminoto sebagai pemimpin organisasi Sarekat Islam yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat pribumi dan pemerintah Belanda.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim