Untuk Anak Muda Tangguh di Tengah Keterbatasan
MALANG, Tugujatim.id – Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang (UM) melakukan senam disabilitas dengan judul “Senam Profil Pelajar Pancasila” di SLB-B YPTB, Kota Malang, Jawa Timur. Dikemas dalam program Selada (Senam Disabilitas Anak Muda), kegiatan ini berlangsung pada Kamis (23/11/2023).
Senam bersama itu dihadiri oleh 17 siswa yang duduk di bangku SMP, delapan mahasiswa peneliti, dan satu guru pendamping.
Dibuka pukul 07.30 WIB, para siswa sudah bersiap di lapangan untuk melakukan pemanasan selama kurang lebih 10 menit.
Pemanasan dipimpin oleh salah satu siswa SLB-B YPTB yang ada di sana. Pemanasan dilakukan dengan berurutan dari kepala sampai kaki untuk menghindari cedera saat melakukan senam.
Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan senam yang berlangsung selama 20 menit. Senam yang dipilih ialah senam berjudul “Senam Profil Pelajar Pancasila”.
Pada 10 menit pertama, senam dipimpin oleh siswa dari SLB-B YPTB. Kemudian, pada 10 menit kedua, mahasiwa Ilmu Kesehatan Masyarakat UM menjadi instruktur senam.
Senam ini dipilih karena senam ini merupakan senam rutin yang dilakukan oleh siswa-siswi SLB-B YPTB sehingga mayoritas dari mereka sudah hafal dengan gerakan senam.
SLB-B YPTB merupakan sekolah luar biasa khusus untuk penyandang tunarungu sehingga pada saat melakukan senam kebanyakan dari siswa-siswi SLB-B YPTB kesusahan untuk melakukan senam tepat sesuai dengan iramanya.
Kegiatan senam ini difokuskan pada ketepatan irama senam dengan musik sehingga tim pengabdian bertugas untuk membantu, membimbing, dan mengarahkan siswa-siswi SLB-B YPTB dalam melatih ketepatan gerakan dengan irama senamnya.
Setelah pelaksanaan senam, kegiatan dilanjutkan dengan sesi games, terdapat dua games yang dilakukan yakni estafet air dan estafet karet. Langkah pertama yang dilakukan adalah tim pengabdian membagi siswa-siswi menjadi empat kelompok.
Games estafet air dilakukan dengan memindahkan air dari garis start hingga finish menggunakan gelas yang diletakkan di atas kain. Siswa harus memegang ujung kain sehingga mereka harus bekerjasama untuk menjaga keseimbangan gelas yang ada di atas kain tersebut.
Dalam games ini diperlukan ketelatenan, kesabaran, kerja sama yang baik, serta strategi yang cermat. Games ini dilakukan dengan dua sesi dan satu final yang menghasilkan kelompok dua sebagai pemenangnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan games kedua yakni estafet karet. Games estafet karet merupakan permainan yang mengharuskan tim untuk memindahkan karet sebanyak-banyaknya dari garis start hingga finish menggunakan media sedotan.
Para siswa sangat antusias dan kompetitif dalam games kali ini. Games ini mengandalkan komunikasi yang baik, kecepatan, ketepatan, serta kelincahan. Games ini dilakukan dengan dua sesi dan satu final. Pemenang dari games estafet karet ialah kelompok satu.
Setelah melakukan serangkaian kegiatan, pengabdian ditutup dengan penyerahan hadiah kepada masing-masing pemenang games, penyerahan konsumsi kepada seluruh peserta, dan penyerahan vandel kepada pihak guru SLB-B YPTB sebagai tanda terima kasih atas kesediaannya menjadi mitra bagi tim pengabdian.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan siswa-siswi SLB-B YPTB dengan melatih ketepatan gerakan senam dengan hitungan irama.
Siswa-siswi SLB-B YPTB menyambut tim pengabdian dengan antusias. Keterbatasan yang mereka miliki tidak menjadi penghambat untuk melakukan aktivitas, justru mereka menjadikan keterbatasan tersebut menjadi sebuah motivasi untuk berprestasi.
Acara yang berlangsung lancar dan terstruktur ini tidak terlepas dari antusiasme siswa dan siswi SLB-B YPTB.
Adanya inisiasi program Selada dari mahasiswa UM ini dilatarbelakangi beberapa persoalan. Di antaranya mengacu pada istilah disabilitas yang didefinisikan sebagai keadaan seorang individu yang mengalami kerusakan atau keterbatasan kemampuan mental dan fisik sehingga tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari dengan optimal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Menurut data yang dihimpun oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyandang disabilitas pada anak umur 5-17 tahun sebanyak 3,3 persen dan prevalensi penyandang disabilitas pada penduduk usia 18-59 tahun ada pada angka 22,0 persen.
Disabilitas sering kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat karena adanya keterbatasan yang mereka miliki. Penyandang disabilitas juga bagian dari masyarakat yang memiliki hak untuk hidup, bebas dari stigma aneh yang ada, memiliki privasi, keadilan perlindungan hukum, pendidikan yang setara, kesempatan pekerjaan yang sama, hak politik yang seimbang, aksesibilitas, dan pelayanan publik yang sama, serta bebas dari tindakan diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi.(ads)
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Lizya Kristanti