MOJOKERTO, Tugujatim.id – Perkembangan teknologi turut menjadi perhatian oleh kalangan akademis, tak terkecuali Fakultas Teknik (FT) Universitas Islam Majapahit (Unim) Mojokerto, Jawa Timur.
Pembahasan tentang perkembangan teknologi menjadi salah satu topik pada seminar nasional (semnas) hibrida dengan tema “Applied Science, Engineering dan Technology”.
Tak hanya dihadiri oleh mahasiswa, semnas yang berlangsung di Gedung Nuswantara lantai I Unim Mojokerto, pada Selasa (8/8/2023), turut dihadiri oleh Rektor Unim Mojokerto, Dr Rachman Sidharta Arisandi; Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jawa Timur, Dr Ir Genthur Prihantono; serta Ketua PII Cabang Kabupaten Mojokerto.
Dalam sambutannya, Rachman mengatakan bahwa generasi muda sekarang ini akrab dengan teknologi. Maka, peran tenaga pengajar baik guru maupun dosen harus dapat mengimbangi kebutuhan tersebut. “Agar demand (kebutuhan) mereka terhadap teknologi dapat tercukupi. Peran bapak ibu dosen sangat penting untuk mengimbanginya,” kata Rachman, pada Selasa (8/8/2023).
Pemateri semnas tersebut, L Tri Wijaya N Kusuma PhD mengatakan bahwa perkembangan teknologi sudah demikian pesat. Maka terdapat pula pergeseran orientasi lapangan kerja di masa depan. “Kalau dulu banyak pekerjaan dilakukan secara manual, kini banyak pekerjaan dapat dibereskan secara otomatis. Dengan memencet layar HP atau laptop saja sudah selesai pekerjaan kita,” katanya.
Dengan demikian, lanjut Tri Wijaya, kompetensi yang dibutuhkan salah satunya adalah kemampuan menganalisis data (data analyst). Siapa saja yang punya kemampuan analisis data, sedikit banyak dapat menguasai teknologi. “Itu akan menjadi nilai jual lebih. Karena selanjutnya manusia berhadapan dengan kecerdasan buatan (AI), big data, dan lain-lain,” imbuh dosen Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur ini.
Meski demikian, teknologi juga masih menyimpan pekerjaan rumah sendiri yaitu empati. Teknologi belum memiliki perangkat nilai (value) seperti manusia. Maka untuk membedakan antara manusia dengan teknologi adalah manusia harus menjadi pengontrol dari teknologi itu sendiri.
“Agar teknologi tidak disalahgunakan, perlu nilai-nilai atau value yang menjadi pegangan. Sikap-sikap seperti qonaah, tawadlu, kami rasa sangat penting sebagai kontrol diri,” tandas Tri Wijaya.
Reporter: Hanif Nanda
Editor: Lizya Kristanti