Surat Sepotong Senja
Sepotong senja mengirimkan surat
kepada rindu yang sedang kumat
ia sendu di pematang langit yang tak lagi biru
di matanya seorang wanita menari-nari di atas
bukit penuh bunga edelwis mulai meranggas
Rindu membelukar di huluan senja yang menggoda
tumbuh bunga-bunga kasih di atas kisah kusut
di antara akar rumput cinta dan senandung
simfoni kodok yang melantunkan kidung
Surat senja menguarkan ingatan tentang kita
Kenang di tiap helai rambutmu yang legam
Memberi bayang tentang ketam ladam
Dan kasih kita menjadi kisah dalam
sisa pembakaran sekam
Blitar, 2019
Fajar Bulan Juli
Fajar merekah di awal bulan Juli
Engkau muncul dari belukar imaji
Sehabis deras rinai-rinai sunyi
Senyum langsung tersimpul dari bibirmu
yang merah dibalut gincu
Aku membalut tubuh dalam rindu pekat
Bertalu dalam ikat hati yang lekat
Kita lantas menyambut hari
Sambil menatap masa depan yang belum pasti
Merangkai kisah dalam untaian benang
Merawat kasih dalam lindungan kenang
Blitar, 2019
Sekala-Niskala
masa,
waktu membelukar begitu saja
pada tiap dentang iringan loko kereta
hilang,
ia tak pernah tampak setelah sekian lama.
ingatan mengental pada lorong maya
tumbuh tubuh baru di antara sisa istirah
memutar kembali kenang dan rasa bersalah
ia tak kembali setelah sekian lama pergi
lalu muncul dalam tubuh baru yang tak kukenali
ia tampak berbeda, hanya sisa jiwa yang maya
ia hidup
antara ada
dan tiada
Kaweron, 2018
Ahmad Radhitya Alam, mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Bergiat di Sanggar Lincak dan Baitul Kilmah.