KEDIRI, Tugujatim.id – Bocah berusia 8 tahun asal Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, ini terbilang unik. Sebab, dia mampu taklukkan 4 gunung di Jatim. Namanya Aulia Putri Sasmita. Meski sering mendaki gunung, untuk urusan pendidikan tetap nomor satu.
Panasnya sinar matahari yang menyengat tidak menurunkan antusias Putri, sapaan akrabnya. Keringat bercucuran di wajahnya pun menjadi saksi semangatnya untuk melaksanakan apel dan menjadi salah satu relawan bencana.
Anak perempuan dari pasangan Desi Novita Sari, 46; dan Edi Purnomo, 45, tersebut memang memiliki kesukaan terhadap alam. Namun, hal tersebut tidak lantas mengalahkan kewajibannya dalam pendidikan karena masih duduk di kelas 2 di SDN 1 Doko. Saat mendaki, buku pelajarannya tak pernah tertinggal. Bahkan, dia mengerjakan tugas sekolah di atas gunung.
“Kebetulan beberapa tahun ini kan online, jadi setelah di atas gunung dia mengerjakan tugasnya. Setelah selesai, baru bermain,” ungkap Desi, ibu dari Putri, saat ditemui setelah apel bencana bersama bupati Kediri pada Kamis (27/01/2022).
Saat ditanya Tugu Jatim soal hobinya mendaki gunung, Putri hanya terdiam dan tersipu malu?
“Apakah tidak capek?” ujar wartawan Tugu Jatim.
Desi mengatakan, awalnya karena memang anaknya itu memiliki sifat yang aktif, dia mengajak Putri untuk tidak bermain smartphone terus.
“Dulu awalnya sengaja diajak biar tidak main HP terus. Selain itu, anaknya juga tidak bisa diam (aktif, red). Waktu diajak ke air terjun Dholo Kediri, dia jalan sendiri, eh suka dan minta lagi,” kata perempuan berkacamata itu.
Di usianya yang belum genap 10 tahun, kini dia sudah taklukkan 4 gunung di Jatim. Yaitu, Gunung Klotok, Gunung Wilis, Gunung Butak, dan Gunung Penanggungan.
“Setelah taklukkan 4 gunung, dia yang paling pengen sekarang adalah ke Semeru, tapi tidak bisa karena umurnya belum cukup,” tambah Desi.
Hobi Putri ini tentunya tidak lepas dari peran orang tuanya. Ibu satu anak itu juga pernah menjadi anggota Mapala di Univeristas Negeri Malang (UM) tersebut mengatakan, tidak ada latihan khusus untuk anaknya sebelum mendaki. Dia mengatakan, Putri sudah pintar mengatur waktu sehingga dia tidak merasa kecapekan.
“Dia (Putri, red) kalau naik tidak pernah meminta gendong. Selain orang tuanya juga tidak kuat, dia kalau sudah sampai puncak terus tenda sudah berdiri ya tidur, lalu setelah makanan jadi bangun, main api unggun sebentar tidur lagi,” jelasnya.
Dia melanjutkan, saat ini sekolahnya sudah tatap muka, jadi kegiatan mendaki gunung hanya dilakukan 1 bulan sekali. Desi berharap anaknya terus memiliki rasa cinta kepada alam.
“Ketika naik gunung, Putri bisa belajar mengenal dan mencintai alam,” ungkap ibu satu anak itu.
Saat ini dia juga bergabung di salah satu komunitas pencinta alam bernama Trabas dan bergabung menjadi relawan bencana di Kabupaten Kediri.