Tips  

Tips Menghadapi Ancaman Kekerasan dan Bullying pada Anak

bullying tugu jatim
Ilustrasi bullying dan ancaman kekerasan terhadap anak. Foto: pexels

PASURUAN, Tugujatim.id Kasus bullying hingga ancaman kekerasan kepada anak akhir-akhir ini kembali marak. Belum lama ini, seorang pelajar berinisial N (15), warga Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, jadi korban penganiayaan empat remaja yang viral dalam video geng berkaus “Pasuruan Kutho Begal”.

Dalam video tersebut, pelajar SMP tersebut terlihat tak berdaya ketika dikeroyok oleh empat pemuda, yakni T (20), H (15), D (15), dan A (16). Mereka adalah kelompok teman N.

Padahal, akar masalahnya sepele. Kata polisi, N di-bully karena tak aktif di grup WhatsApp dan enggan diajak kumpul dan nongkrong.

Lantas bagaimana harusnya sikap anak menghadapi bullying dengan ancaman kekerasan di hadapannya? Psikolog, Putri Saraswati MPsi membagikan tips menghadapi ancaman kekerasan dan pengeroyokan.

Menurut dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu, bullying merupakan perilaku yang cenderung dilakukan oleh pihak yang mempunyai kekuatan, kekuasaan, atau mendominasi kepada pihak yang lebih lemah. Korban bullying sebagai pihak yang lemah seringkali merasa takut dan tidak berdaya.

“Karena biasanya mereka (korban) itu takut dengan yang punya power, power itu nggak harus dari segi fisik, tapi juga dari kedudukan atau finansial,” jelasnya, pada Minggu (5/2/2023).

Maka, ketika dihadapkan dengan ancaman kekerasan, seharusnya korban bullying mencoba mencari bantuan. Menurut Putri, apabila dihadang atau dikeroyok, korban bisa berlari menyelamatkan diri untuk mencari bantuan ke tempat ramai. “Korban bisa segera pergi mencari pertolongan dahulu ke tempat yang ramai, lari saja ke tempat keramaian,” ucapnya.

Menurut Putri, korban bullying apalagi yang menghadapi ancaman kekerasan fisik tak boleh diam atau pasrah dengan keadaan. Karena dengan diam, pelaku bullying ditakutkan makin merasa leluasa merundung.

Bila dimungkinkan, korban bisa melakukan perlawanan dengan maksud untuk membela diri. Bahkan, orang tua bisa membekali anaknya dengan ilmu-ilmu bela diri. Namun tetap diimbangi dengan penanaman nilai spiritual dan memberikan pengertian bahwa kemampuan bela diri tak boleh disalahgunakan untuk kekerasan.

“Kalau bisa membela diri ya harus membela diri, tapi kalau tidak bisa ya harus mencari bantuan. Intinya jangan diam saja,” pungkasnya.