Tugujatim.id – Kedatangan Ramadan dan Lebaran Idulfitri begitu dinanti umat Muslim. Tidak hanya kalangan dewasa, anak-anak pun menyambutnya dengan suka cita. Tradisi dan kearifan lokal yang masih lestari hingga kini dan umumnya dilakukan sejak jelang sepuluh hari bulan puasa Ramadan berakhir. Tradisi tersebut adalah Weweh.
Weweh merupakan sebuah aktivitas di mana seseorang mengunjungi kerabat terdekat sembari membawa sesuatu, mulai dari makanan hingga parsel. Selain dinamakan weweh, beberapa tempat lain menyebutnya dengan ater-ater.
Weweh sendiri berasal dari kata serapan bahasa Jawa yaitu nguwehi atau wewehono (memberi). Maksudnya, kegiatan weweh berarti memberikan sesuatu kepada tuan rumah yang dikunjungi dengan harapan hati tuan rumah gembira dengan pemberian tersebut.
Tradisi weweh sendiri sudah mengakar lama. Tak hanya dilakukan saat bulan Ramadhan, weweh sendiri terkadang dilakukan pula saat Hari Raya Idul Fitri, atau saat berkunjung ke rumah kerabat saat libur Lebaran belum usai.
Dulu, weweh dilakukan seseorang dengan membawa makanan siap santap. Umumnya seseorang membawa kotak berisi nasi dengan lauk pauk lengkap dengan pencuci mulut pula. Namun seiring perkembangan zaman, masyarakat perlahan mulai beralih ke varian lain. Mulai dari bahan pokok seperti gula, beras, hingga mie instan, termasuk gerabah atau barang pecah belah seperti piring atau cangkir.
“Sangat mungkin karena pengaruh modernisasi. Kalau dulu, weweh itu pasti bawa rantang yang isinya makanan lengkap, nasi sama lauk. Kalau sekarang eranya medsos, banyak yang suka kirim-kirim hampers, ya intinya weweh itu,” ujar akademisi asal Mojokerto, Moh. Ali Rohmad, Minggu (31/3/2024).
Selain itu, weweh sendiri bermakna menjaga silaturahmi dengan keluarga terdekat hingga tetangga sekitar. “Karena weweh itu simbol perekat persaudaraan, apalagi kan tidak setiap hari weweh. Harapannya dengan kunjungan (weweh) itu, orang yang mendapat kunjungan menjadi gembira. Sampai sekarang kan masih sering ditemui juga tradisi weweh,” tandas Ali.
Selain pergeseran isi dari weweh, proses pemberian juga tidak mengenal batas usia. Dulu, weweh seringkali dilakukan oleh kaum muda kepada kerabat atau keluarga yang lebih tua.
“Sekrang bisa ke keluarga yang setara juga, yang sama-sama usianya. Jadi saling memberi tanpa melihat batasan usia,” ungkap Ali.
Reporter: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Darmadi Sasongko