BATU, Tugujatim.id – PPKM Level 4 memang menimbulkan dampak perekonomian bagi masyarakat, tapi di sisi lain justru usaha Pegadaian Kota Batu semakin subur. Di mana selama kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat, jumlah nasabah dan permohonan perpanjangan pelunasan justru meningkat.
Contohnya seperti yang terjadi di Kantor Unit Pembantu Cabang (UPC) Pegadaian Kota Batu. Sejak Januari-Agustus 2021 ini tercatat ada 3.884 transaksi di 3 kantor UPC Pegadaian Kota Batu. Diketahui pula, dalam sebulan terakhir, ada lebih dari 50 nasabah baru mengajukan perpanjangan pelunasan. Ini terbilang naik 2 kali lipat dibanding sebelumnya.
”Ada yang meningkat untuk pengajuan perpanjangan pelunasan, naik 2 kali lipat. Mungkin banyak unit usaha yang sekarang sedang macet,” ungkap Pengelola UPC Pegadaian Kota Batu Dwi Sri Wahyuni kepada www.tugumalang.id, partner www.tugujatim.id, Kamis (05/08/2021).
Dia mengatakan, otomatis dengan perpanjangan pelunasan nasabah, artinya bunga atau biaya sewa modal sebesar 1,2 persen per 15 hari sesuai besaran pinjaman tetap berjalan. Artinya, keuntungan berpihak pada Pegadaian.
Sementara itu, keuntungan lain yang didapat selama PPKM ini yakni adalah bertambahnya nasabah baru. Dwi melanjutkan, kira-kira ada 5 nasabah baru per hari. Belum lagi ada nasabah aktif yang malah melakukan pengajuan ulang.
”Jadi, nilai transaksi masih banyak. Bisa jadi karena butuh modal mungkin untuk biaya hidup, usaha, dan lain-lainnya,” jelas dia.
Ditanya soal apa layanan dari Pegadaian selama ini yang paling banyak diminati adalah Gadai Kredit Cepat Aman (KCA) atau gadai emas atau perhiasan. Namun, tren berbeda pada gadai elektronik seperti gadai ponsel atau laptop, bahkan BPKB yang menurun.
”Untuk gadai emas naik sampai 25-30 transaksi sehari. Emas yang digadaikan variatif, mulai harga Rp 2 juta hingga puluhan juta. Kalau sampai puluhan juta itu pasti pengusaha,” kata dia.
Di saat-saat sulit seperti ini, Dwi menerangkan, pihaknya tetap berusaha tidak gegabah dalam melakukan pencairan dana nasabah. Analisis pertimbangan kondisi tetap menjadi acuan gagal atau tidaknya pencairan dana.
”Misal nih, dulu pengunjung di vila ramai, terus sekarang sepi? Kondisi itu otomatis juga jadi bahan pertimbangan kami mencairkan dana,” paparnya.
Jika analisis itu tidak dilakukan, maka bisa berujung pada keterlambatan pelunasan. Di situ, terjadi lelang dan nilai barangnya menurun. Selain itu, pihaknya juga sudah punya antisipasi terhadap jenis barang curian.
”Itu semua sudah ada di surat kontrak atau pernyataan pada kami,” katanya.