Tugujatim.id – Petani menjadi salah satu ujung tombak keberhasila produksi pertanian. Karena itu, perlu petani milenial untuk menciptakan inovasi dalam teknologi pertanian demi menciptakan perubahan. Hal ini diungkapkan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, Dr Ir Amir Hamzah MP, saat ditemui di ruangan kerjanya pada Jumat, (11/3/2022).
Amir, sapaan akrabnya, mengatakan proses perkembangan teknologi pertanian sangat membantu petani. Untuk itu, melahirkan petani-petani milenial guna membawa perubahan besar sangat diperlukan.
“Sekarang yang sedang digenjot bagaimana menyiapkan petani-petani milenial. Karena petani kita sekarang rata-rata umurnya di atas 50 tahun, serta tingkat pendidikan mereka terbilang rendah apalagi inovasi teknologi yang dimiliki juga sangat rendah sehingga perlu adanya transformasi,” katanya kepada wartawan Tugujatim.id.
Alumni Universitas Brawijaya ini menjelaskan saat ini telah muncul petani-petani muda yang mempunyai inovasi teknologi yang siap untuk diterapkan. Namun jumlahnya masih tergolong sedikit.
Maka menurutnya, salah satu tugas perguruan tinggi adalah menyiapkan petani-petani milenial dalam jumlah yang cukup.
“Petani-petani muda yang disiapkan adalah petani muda yang sudah tentu telah akrab dengan teknologi, tidak lagi menggunakan cangkul dan parang lagi tetapi inovasi teknologi yang bisa jalan sendiri denga dikendalikan menggunakan remote,” jelasnya.
Dengan teknologi, imbuhnya, petani dapat meningkatkan produksi pertanian dengan kualitas yang baik.
“Dulu dalam 1 hektare lahan hanya diperoleh sekitar 6-8 ton, saat ini bisa dua kali bahkan tiga kali lipat berkat adanya teknologi bidang pertanian,” optimisnya.
Ditanya tentang penyebab tingginya harga beberapa komoditas seperti cabe yang saat ini harganya melambung?
Pria kelahiran Maluku Utara ini mengemukakan ada banyak faktor yang berpengaruh. Salah satunya adalah cuaca.
Saat ini petani dihadapkan dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi sehingga berpengaruh terhadap produksi maupun serangan penyakit. Cabe termasuk salah satu komoditas yang sensitif terhadap curah hujan tinggi.
“Selain faktor cuaca komoditas cabe ini termasuk komoditas yang seksi sehingga kadangkala dimainkan oleh sekelompok orang. Akibatnya, ketersediaan di pasar menjadi berkurang sehingga harganya manjadi mahal,” paparnya.
Terkait dengan produksi, saat ini pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan produksi melalui lembaga-lembaga penelitian, termasuk melibatkan petani melenial. Saat ini inovasi teknologi telah banyak dihasilkan oleh lembaga penelitian maupun perguruan tinggi yang siap untuk diimplementasikan.
“Hasil-hasil riset ini diharapkan dapat dihilirisasi ke masyarakat dan dunia industri untuk mempercepat transformasi termasuk di bidang pertanian,” kata dia.
Sebelum mengakhiri paparannya, Dekan Fakultas Pertanian Unitri ini menekankan bahwa penggunaan teknologi sangt baik untuk mempercepat transformasi, termasuk di bidang pertanian, namun jika tidak dilakukan dengan hati-hati akan memperbanyak jumlah pengangguran.
“Dengan teknologi sebagian besar pekerjaan digantikan dengan teknologi,” tutupnya.