MALANG, Tugujatim.id – Sebanyak 33 anak korban tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang, yang terjadi pada Sabtu (01/10/2022) menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia, terutama warga di Malang. Apalagi 125 orang tercatat dan teridentifikasi meninggal dalam kejadian yang diwarnai tembakan gas air mata oleh aparat keamanan saat laga telah usai digelar.
Di antara ratusan nyawa tersebut, ada banyak anak usia di bawah umur. Anak korban tragedi Kanjuruhan itu turut menjadi suporter dalam laga Arema FC vs Persebaya Surabaya yang juga berdesak-desakan saat terjadi kepanikan dan berebut keluar stadion.
Sebelumnya, pemerintah melalui kementerian terkait telah merilis data jumlah anak korban tragedi Kanjuruhan. Anak berusia di bawah 18 tahun turut menjadi korban tragedi di Stadion Kanjuruhan. Data KPAI menyebutkan, setidaknya ada 17 anak korban tragedi Kanjuruhan meninggal dunia dan 7 lainnya luka-luka. Mereka dirawat secara menyebar di beberapa rumah sakit di Kabupaten dan Kota Malang.
Data yang dikumpulkan tim Tugu Malang, partner Tugu Jatim, menunjukkan jumlah yang berbeda. Ada 32 anak yang meninggal dunia. Jenazah para korban sebelumnya dirawat dan diidentifikasi di sejumlah rumah sakit.
Data Jumlah Anak di Bawah Umur sesuai Tempat Korban Dirawat Sebelumnya:
1. Rumah Sakit Wafa Husada: 17 orang
2. RSUD Kanjuruhan: 5 orang
3. RSUD Syaiful Anwar: 6 orang
4. RSI Gondanglegi: 3 orang
5. RS Salsabila: 1 orang
6. RST Soepraon: 1 orang
Data yang berhasil dihimpun, usia korban anak paling banyak berusia 15, 16, dan 17 tahun. Sedangkan ada seorang balita berusia 4 tahun yang juga jadi korban meninggal.
Data Jumlah Anak Korban Tragedi Kanjuruhan yang Dirawat di Beberapa RS di Kabupaten dan Kota Malang:
1. Usia 17 tahun: 6 orang
2. Usia 16 tahun: 8 orang
3. Usia 15 tahun: 11 orang
4. Usia 14 tahun: 3 orang
5. Usia 13 tahun: 3 orang
6. Usia 12 tahun: 1 orang
7. Usia 4 tahun: 1 orang
Rilis Data Korban Anak Sebelumnya
Paparan data di atas berbeda dengan keterangan data jumlah anak korban tragedi Kanjuruhan yang dirilis Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPPA) pada Minggu (02/10/2022). Sebelumnya PPPA mengungkapkan ada 17 anak meninggal dunia.
Namun, jumlah itu dijelaskan masih dapat bertambah seiring proses identifikasi korban yang terus berjalan. Kementerian PPPA akan terus melakukan koordinasi dengan Dinas PPPA Jawa Timur untuk memantau perkembangan jumlah korban hasil identifikasi.
Upaya Pemenuhan Hak-Hak Anak Korban Tragedi Kanjuruhan
Kementerian PPPA dan instansi lainnya berkomitmen untuk melakukan pemenuhan hak dan melindungi anak yang menjadi korban dalam tragedi tersebut. PPPA menekankan bahwa perlunya perhatian semua pihak untuk bersama-sama memulihkan kondisi anak korban tragedi Kanjuruhan.
Penanganan lanjutan yang akan diberikan ialah perawatan selama berada di rumah sakit pada korban anak yang mengalami luka-luka. Selain itu, mereka akan mendapatkan pendampingan pasca pengobatan berupa pendampingan psikososial dan pemulihan trauma.
Banyak pihak juga mendorong adanya perhatian khusus kepada anak-anak yang menjadi korban langsung. Selain itu, banyak yang berharap anak-anak yang akhirnya menjadi yatim piatu karena orang tuanya meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan mendapat santunan dan perhatian.
Tragedi dan Kerentanan Anak Jadi Korban
Anak-anak memang meniru perilaku orang dewasa dalam kesehariannya. Salah satunya ialah kecintaan mereka pada sepak bola. Hal ini karena sepak bola seakan telah mendarah daging sebagai permainan yang menyenangkan sekaligus di mana mereka dapat saling menjunjung sportivitas.
Aremania sebagai salah satu kelompok pendukung tim sepak bola di Indonesia, punya basis massa yang sangat besar. Rentang usia Aremania juga beragam. Mulai dari usia anak di bawah umur hingga orang dewasa. Mereka tak hanya berasal dari Kota dan Kabupaten Malang, tapi juga beberapa wilayah kabupaten di sekitar Malang Raya.
Anak menjadi bagian dari kelompok usia masyarakat yang paling rentan karena kemampuan bertahan dalam kondisi konflik yang belum sekuat orang dewasa. Bahkan, ada balita yang turut menjadi anak korban tragedi Kanjuruhan. Perlu perhatian lebih dari semua pihak untuk memprioritaskan keamanan dan keselamatan anak dalam kegiatan sehari-hari.