MALANG, Tugujatim.id – Viral di media sosial (medsos) soal syarat mahasiswa good looking agar bisa masuk D-3 Keuangan dan Perbankan Universitas Brawijaya (UB). Netizen pun ramai memperbincangkannya di dunia jagat maya.
Pencantuman syarat mahasiswa good looking di jurusan itu sebagai salah satu syarat masuk yang tertera dalam syarat dokumen masuk kuliah.
Ketua Departemen Bisnis dan Hospitality Fakultas Vokasi UB San Rudianto mengatakan ada alasan mengapa itu dicantumkan. Apalagi dia juga mengklaim definisi mahasiswa good looking sangat luas, tidak melulu soal cantik maupun ganteng.
Dia menjelaskan, persyaratan itu sudah ada sejak D3 Keuangan dan Perbankan didirikan. Sebab, pendidikan vokasi yang menerapkan link and match dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) khususnya perbankan.
Sebagai perguruan tinggi, pihaknya mengambil beberapa persyaratan dari dunia kerja untuk menyiapkan kebutuhan tersebut.
“Karena di kami kan vokasi ini link and match dengan dunia industri termasuk perbankan. Sebagai pendidikan yang outputnya langsung terserap oleh industri, maka kami lihat di dunia industri ada apa saja (syarat umum). Salah satunya kami pakai sebagai tambahan syarat. Di awal (masuk) kami harapkan tidak ada mahasiswa yang lulus, lalu tertolak (oleh dunia kerja),” ujarnya pada Selasa (12/07/2022).
Dia mengatakan, syarat itu hanya tambahan. Sebab, syarat utamanya adalah lolos seleksi terlebih dulu untuk masuk prodi menggunakan nilai rapor atau UTBK.
“Maka good looking bukan berarti harus cantik maupun ganteng. Tapi dilihat performance-nya, proporsional, smart, pembawaannya, cara ngomongnya, bahkan gestur. Itu bagian dari good looking yang kami jadikan salah satu tambahan ujian masuk tadi,” sambungnya.
Meski begitu, peminat prodi ini terbilang cukup banyak. Bahkan, San Rudianto mengatakan, D3 Keuangan dan Perbankan merupakan salah satu prodi yang memiliki jumlah mahasiswa paling besar di vokasi.
“Itu (D3 Keuangan dan Perbankan) salah satu prodi yang jumlah mahasiswanya paling besar di vokasi. Itu sekitar 500-an lebih satu angkatan,” terangnya.
Bahkan, untuk menghasilkan kualitas lulusan yang berdaya saing, kurikulumnya juga dikerjakan bersama industri. Dosen di vokasi juga melibatkan dunia industri sesuai bidangnya masing-masing.
“Lulusan vokasi kan kalau tidak diserap akan jadi persoalan. Maka diupayakan seminimal mungkin dengan pola-pola (syarat dan kerja sama) itu tadi,” ujarnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim