MOJOKERTO, Tugujatim.id – Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) bersama Pemerintah Desa Kumitir, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, diduga membongkar belasan makam palsu.
Belasan makam palsu yang dibangun pada 2018 silam tersebut diduga digunakan untuk mengaburkan sejarah. Tidak hanya itu, makam-makam tersebut diduga dibangun untuk kepentingan segelintir orang. Sebagian makam palsu tersebut dibangun di bawah pendapa, dekat dengan dua makam asli, yaitu makam Mbah Sagu dan Mbah Budiman.
Kepala Dusun Bendo, Kumitir, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Nirrawang Mahalila menjelaskan, keputusan pembongkaran belasan makam tersebut diambil melalui musyawarah sebelumnya.
“Makam-makam ini berada di dalam situs Kumitir. Di dalam situs ada makam asli Mbah Sagu dan Mbah Budiman. Lalu terdapat makam-makam lain yang dianggap palsu. Setelah melalui diskusi panjang, makam palsu tersebut akhirnya dibongkar,” terang Nirrawang, Rabu (15/01/2025).
Pembongkaran diduga makam palsu ini muncul atas desakan dari PWI LS Kabupaten Mojokerto serta berbagai komunitas budaya, seperti Pendekar Darah Garuda Mojokerto, Aliansi Putro Wayah Majapahit, dan lain-lainnya. Selain itu, butuh sekira tiga pekan pembahasan untuk berkoordinasi dengan pemerintah desa dan warga setempat.
Baca Juga: Justin Kluivert Eksekutor Penalti, Laga Chelsea vs Bournemouth Berakhir Imbang 2-2
Terpisah, Panglima Laskar Sabilillah Kabupaten Mojokerto Athourrahman mengaku pihaknya sempat dipanggil kepolisian. Setelah melewati musyawarah cukup panjang, terkuak hanya ada 2 makam asli di area Situs Kumitir, yakni makam Mbah Sagu dan Mbah Budiman. Sedangkan makam sisanya adalah palsu.
“Kami sayangkan di situ ada iuran, kotak amal yang tidak jelas ke mana. Kami juga mendapat informasi bahwa ada beberapa masyarakat yang dimintai iuran dana untuk membangun makam ini. Termasuk pihak desa juga diminta sekitar Rp30 juta. Tapi, pihak desa paham prosedur sehingga tidak begitu saja memberi dana,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Dwi Lindawati