MOJOKERTO, Tugujatim.id – Tanaman eceng gondok tidak selalu membawa dampak negatif. Lewat sedikit sentuhan ‘magis’, tanaman yang kerapkali tumbuh liar tersebut malah menjadi pundi rupiah. Seperti upaya yang digeluti oleh Suliadi, warga Jeruk Seger, Gedeg, Kabupaten Mojokerto.
Pria usia berkepala empat tersebut menggeluti usaha kerajinan eceng gondok sudah sejak 2003 silam. Suliadi mengubah eceng gondok menjadi karya bernilai ekonomis.
“Awalnya belajar sendiri (otodidak) tahun 2000. Tapi baru berani mulai produksi dan dijual sejak 2003 itu,” terang Suliadi, Sabtu (07/12/2024).
Sementara pada tahun 2004, Suliadi mengikuti pelatihan yang dilangsungkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur selama dua bulan di Surabaya. Sebelum pelatihan tersebut, Suliadi mengaku hanya bisa memproduksi tas. Kini, beberapa karya lahir dari tangan ulet Suliadi seperti Seperti sandal, anyaman oleh-oleh atau souvenir dan lainnya.
“Bisa pertama kali bikin tas. Lalu ada pelatihan gratis di Surabaya. Pulang dari dua bulan pelatihan baru bertambah seperti sandal, tempat tisu, anyaman oleh-oleh juga,” bebernya.
Meski demikian, tidak sembarang eceng gondok yang digunakan oleh Suliadi. Eceng gondok yang akan digunakan hidup dalam air yang diam. Lantaran, eceng gondok yang hidup di air yang mengalir ternyata tak bisa tumbuh panjang.
Usaha keras Suliadi tak sia-sia. Peluang kerja bagi warga di sekitar rumahnya bisa tercipta. “Kami juga melibatkan Karang Taruna untuk mencari eceng gondok sampai membuat karya,” paparnya.
Meski begitu, kendala tetap saja ditemui Suliadi. Tak hanya soal pemasaran, tenaga kerja turut menjadi kendala yang ia alami. Sebab saat pesanan dalam jumlah besar masuk, Suliadi kerap kewalahan. “Kalau pun ada tenaga kerja ya kami harus mengajari dari awal,” ungkapnya.
Sementara soal harga, karya Suliadi termasuk terjangkau. Harga yang dipatok mulai ribuan hingga ratusan ribu rupiah saja. Tapi harga tersebut juga bergantung pada jenis dan tingkat kesulitan pembuatan.
“Ada yabg muulai Rp3000 yaitu tatakan gelas. Ini ada Rp15000 yaitu kotak pensil. Kalau tas bisa (berharga) ratusan ribu. Omzet juga tidak pasti karena tergantung pesanan. Pas ramai bisa Rp10 jutaan,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter : Hanif Nanda Zakaria
Editor: Darmadi Sasongko