News  

Waspada! Banjir Bandang Masih Mengintai Kota Batu

Lokasi bencana di Dusun Sambong, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. (Foto: M. Ulul Azmy/Tugu Malang/Tugu Jatim)
Lokasi bencana di Dusun Sambong, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. (Foto: M. Ulul Azmy/Tugu Malang/Tugu Jatim)

BATU, Tugujatim.id – Pasca banjir bandang melanda Kota Batu pada Kamis (04/11/2021), pemkot meminta warga untuk waspada karena bencana masih berpotensi terjadi lagi. Memang banjir bandang terjadi karena kombinasi beberapa faktor. Tapi, salah satu penyebabnya adalah perubahan tata lahan di bagian hulu sungai.

Berdasarkan hasil penelusuran Perum Jasa Tirta I menggunakan drone, ada 3 titik di kawasan hulu Sungai Brantas yang semula adalah hutan lindung berubah menjadi lahan terbuka alias lahan gundul. Dan 3 titik itu seperti di Pusung Lading, Alas Pengking, dan Sumbergondo.

Sementara itu, Dirut PJT I Raymond Valiant Ruritan menyimpulkan, penggundulan hutan ini berperan besar terjadinya banjir bandang. Sebab, minimnya tutupan lahan yang ada. Kondisi itu memungkinkan erosi tanah di sana sehingga sedimennya mengendap dan terbawa aliran air hujan dengan intensitas tinggi.

”Di Pusung Lading itu hutan tidak lagi rapat. Di Alas Pengking, di bawahnya itu kami melihat pemanfaatan lahan di kanan kiri aliran sungai. Curah hujan juga adalah faktor bencana, tapi bukan yang utama,” kata dia pada awak media, Jumat (12/11/2021).

Dia menyebutkan, perubahan tata lahan di sejumlah titik di kawasan hulu digunakan untuk pemanfaatan lahan non-lindung. Apalahi paling masif di Pusung Lading dan Glagah Wangi yang beralih fungsi menjadi kawasan pertanian.

Dirut PJT I Raymond Valiant Ruritan. (Foto: M.Ulul Azmy/Tugu Malang/Tugu Jatim)
Dirut PJT I Raymond Valiant Ruritan. (Foto: M.Ulul Azmy/Tugu Malang/Tugu Jatim)

Menurut dia, kondisi gundulnya kawasan tersebut membuat aliran air tidak bisa diresapkan ke tanah sehingga masuk ke sungai dengan membawa sedimentasi dan sampah hutan. Akhirnya aliran air tersumbat dan tak sanggup menampung aliran air hingga meluap sehingga terjadi banjir bandang.

Raymond menambahkan, alih fungsi lahan di hulu Sungai Brantas ini cukup masif. Jika diperkirakan, saat ini jumlah tutupan lahan atau vegetasi alami di sepanjang Sungai Brantas tersisa 19-25 persen. Padahal, idealnya harus lebih dari 30 persen.

Bencana banjir masih berpotensi besar terjadi di wilayah Kota Batu. (Foto: M.Ulul Azmy/Tugu Malang/Tugu Jatim)
Bencana banjir masih berpotensi besar terjadi di wilayah Kota Batu. (Foto: M.Ulul Azmy/Tugu Malang/Tugu Jatim)

Karena itu, dia mengimbau agar kewaspadaan terus hinggap di benak masyarakat. Mengingat proses untuk melakukan rehabilitasi sudah terlambat alias membutuhkan waktu panjang yang tidak mungkin dilakukan sekarang.

”Misal mau lakukan penanaman sekarang kan sudah terlambat ya, sedang musim hujan dan tidak tahu apa bisa bertahan. Saya kira yang penting sekarang adalah kewaspadaan,” tegas dia