Tugujatim.id – UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) sebagai salah satu penggerak ekonomi nasional berkembang cukup pesat belakangan ini. Berdasarkan data yang dilansir Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM), sektor ini memberikan kontribusi sebesar 61,1 persen terhadap perekonomian nasional. Selain itu, UMKM yang didominasi pelaku usaha mikro tersebut memiliki daya serap tenaga kerja sebesar 89 persen dengan kontribusi 37,8 pesen terhadap Produk Domestik Bruto Nasional.
Data tersebut menunjukkan geliat ekonomi UMKM menjadi basis ekonomi nasional yang kuat bagi Indonesia. Terlebih jika melihat daya serap tenaga kerja UMKM. Potensi besar ini sudah diperhatikan oleh pemerintah dengan beragam kebijakan untuk meningkatkan kapasitas UMKM agar dapat naik kelas menjadi usaha menengah. Contohnya, kebijakan subsidi bunga pinjaman, restruksturisasi kredit, pemberian jaminan modal kerja dan insentif perpajakan.
Namun, berdasarkan data yang dilansir BPS periode 13-20 Juli 2021, sebanyak 40,3 persen pelaku usaha seperti warung atau rumah makan, cafe, pedagang kaki lima terpaksa tutup sementara sebab mengalami kerugian akibat PPKM darurat yang diterapkan. Lebih dari itu, sebagian besar pelaku UMKM mengalami penurunan pendapatan bahkan banyak yang gulung tikar karena tidak ada pembeli.
Menilik potensi dan permasalahan yang ada UMKM tersebut, perlu adanya strategi mulihkan ekonomi UMKM sekaligus pemberdayaan usaha mereka. Di era digital, teknologi digadang-gadang mampu menjadi solusi bagi permasalahan manusia. Kaitannya dengan ekonomi UMKM, digital marketing bisa menjadi salah satu strategi membangkitkan mereka yang sempat terpuruk selama pandemi.
Menurut Marketing Institute Digital, digital marketing merupakan pemanfaatan teknologi digital dalam membentuk interaksi antara produsen dengan konsumen untuk mempertahankan dan menciptakan hubungan lebih dekat dengan konsumen. Berikut strategi yang dapat diterapkan.
1. Profile and Product Branding
Strategi ini untuk memperkenalkan profil UMKM beserta produk-produknya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan. Pertama, desain logo profil dan label produk. Desain logo, packing, dan label produk harus dirancang semenarik mungkin untuk menarik perhatian calon pembeli.
Kedua, membuat website atau blog di mana UMKM dapat menampilkan profil usahanya, memperlihatkan ciri khas, dan menawarkan produk-produk unggulan yang dihasilkan. Ketiga, memanfaatkan media sosial untuk menampilkan konten seputar profil dan produk UMKM. Contohnya melalui Instagram, Facebook, YouTube, Tik Tok, dan lain-lain yang notabene disukai kawula muda.
2. Marketing and Advertising
Memasarkan dan mengiklan produk UMKM di media digital. Sarana yang dapat digunakan yaitu Marketplace and Onlineshop, website atau blog, media sosial. Pertama, memanfaatkan beragam toko online untuk memasarkan produk-produk UMKM. Contohnya, memasarkan produk dengan membuka toko di aplikasi Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, dll.
Kedua, membuat website atau blog untuk memberikan informasi lengkap seputar produk UMKM, mulai dari merk, kualitas, harga, dan hal-hal lain yang mampu menarik minat pembeli. Ketiga, menyebarkan informasi seputar produk di media sosial, seperti Instagram, Facebook, YouTube, WA story, TikTok, dll.
3. Distribution and E-Payment
Salah satu rangkaian aktivitas ekonomi yang tidak boleh dilupakan adalah proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen. Maka, pelaku UMKM harus memahami bagaimana mekanisme distribusi dalam transaksi berbasis digital. Distribusi ini dapat menggunakan cara COD (Cash on Delivery), atau melalui jasa kirim.
Kemudian, terkait pembayaran, pelaku UMKM dapat memanfaatkan beragam cara pembayaran elektronik, di antaranya transfer dengan bank, Go-Pay, Ovo, Dana, Shopeepay, dompet digital, dan sebagainya.
Tiga strategi tersebut diharapkan dapat membantu percepatan pemulihan ekonomi UMKM. Tentunya perlu ada sinergi dari semua pihak untuk membangkitkan geliat UMKM sebagai salah satu penyangga ekonomi nasional. Terutama kaum milenial sebagai digital native, agar turut mengedukasi para pelaku UMKM khususnya mereka yang belum terlalu mahir memanfaatkan media digital.