SURABAYA, Tugujatim.id – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membagikan tiga tips agar penjualan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) meningkat.
Tips itu dibagikan kepada pelaku UMKM dalam gelaran Pesta Wirausaha yang digelar oleh Pemerintah Kota Surabaya, di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu (6/5/2023).
Tips yang pertama adalah peningkatan kualitas produk. Peningkatan kualitas produk mencakup tampilan, rasa, ketahanan, bahan, hingga packaging.
“Kedua, kalau bingung cara jual nanti ada pelatihan marketing digital. Masuk ke market place, masuk ke media sosial. Lalu ikut latihan pembukuan. Kalau sudah bagus, biasanya nanti orderan akan datang,” ucapnya.
Ketiga, Ganjar mengungkapkan seringkali permasalahan para pelaku UMKM terletak pada biaya modal. Untuk itu, dia berpesan kepada warga agar memanfaatkan bantuan modal yang disediakan oleh pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Usaha Mikro.
Sebanyak kurang lebih 2 ribu jenis makanan ditampilkan dalam gelaran itu. Pameran UMKM ini juga menjadi serangkaian agenda Hari Jadi ke-730 Kota Surabaya (HJKS).
Pada kesempatan tersebut, Ganjar mengunjungi dan menyapa warga Surabaya ditemani oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi dan Wakil Walikota Surabaya, Armuji.
“Ini adalah kedatangan pertama saya ke Jawa Timur, ke Surabaya. Ini jauh lebih banyak (warga) di balai kota. Pak wali cerita kalau di sini ada pameran UMKM,” kata Ganjar.
Sementara Eri dalam sambutannya menjelaskan alasan menggundang Ganjar. “Kami meminta tolong kepada Ganjar supaya ikut serta membantu meningkatakan kualitas UMKM Surabaya. Di sini juga ada para investor yang juga siap untuk membantu,” paparnya.
Selain itu, di gedung pertunjukan, Ganjar juga berbincang dengan dua pelaku UMKM Surabaya. Ia menanyakan perihal permasalahan yang dialami dalam menjalankan usaha.
“Kesulitan saya ada di modal. Lalu saya membutuhkan oven untuk mengolah abon lele tapi harga ovennya mahal sekitar Rp3 juta. Terus sudah dipasarkan ke online tapi sepi pembeli karena tidak ada yang bantu. Sebelumnya saya nitip ke orang, karena saya juga nggak punya HP (smartphone),” kata Lastri, salah satu pelaku UMKM yang menjual olahan ikan lele dan catering.
Pelaku UMKM lain, Haris yang memiliki usaha pupuk kompos punya kendala serupa, yakni keterbatasan alat produksi.
“Kendalanya ada di mesin penggiling untuk menambah kapasitas produksi. Saya kan sementara ini mengolah pupuk komposnya dari kotoran kambing jadi butuh mesin giling. Yang saya punya masih 8 PK, mau ditingkatkan ke 24 PK supaya bisa produksi lebih banyak, tapi harganya mahal, bekas saja Rp12 juta, kalau baru kisaran Rp20-an juta,” paparnya.
Merespons hal tersebut, seorang investor yang berada di dalam gedung memberikan solusi untuk Lastri dan Haris.
“Untuk Bu Lastri, harus memastikan dulu marketnya. Percuma kalau punya produk tapi nggak tahu marketnya, karena itu untuk peningkatan kualitas,” ucapnya.
“Kalau untuk Pak Haris, harus lebih dekat untuk membangun komunikasi dengan investor, karena untuk berbisnis dibutuhkan kepercayaan,” pungkasnya.