MALANG, Tugujatim.id – Apa yang Anda pikirkan mendengar Museum Rumah Sakit Jiwa Lawang, Kabupaten Malang, Jatim? Anda takut atau justru tertantang ingin mengetahui apa saja benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya? Karena itu, tak afdal rasanya jika Anda belum berkunjung ke salah satu rumah sakit tertua di Jawa itu saat bertandang ke Malang.
Kini Museum Rumah Sakit Jiwa Lawang menjadi salah satu destinasi wisata edukasi. Karena itu, tak ada salahnya jika Anda berkunjung ke museum yang menjadi satu-satunya museum bertemakan kesehatan jiwa di Indonesia.
Dibuka sejak 2009 silam, Museum Rumah Sakit Jiwa Lawang ini menjadi bagian dari RSJ Radjiman Wediodiningrat yang telah berusia lebih dari 107 tahun. Nama RSJ ini juga dikenal sebagai RSJ Sumberporong karena terletak di Desa Sumberporong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
RSJ Lawang Pernah Rawat 4.000 Pasien
Rumah Sakit Jiwa Lawang dibangun atas dasar kebutuhan merawat orang Belanda yang mengalami gangguan jiwa. Pemerintah Hindia-Belanda lalu mengeluarkan Surat Keputusan Kerajaan Belanda No 100 tertanggal 30 Desember 1865. Hal ini dipaparkan Radite Kurniawan (2018) dalam sebuah buku berjudul Lawang Kota Kenangan.
Sebelum ada rumah sakit ini, perawatan pasien kala itu diserahkan pada Dinas Kesehatan Tentara (Militaire Gezondheis Dienst). Setelah dibangun, RSJ Lawang lalu dibuka secara resmi pada 23 Juni 1902 dengan Direktur pertama yaitu dr S. Leykes.
RSJ Lawang yang kala itu dinamai sebagai Krankzinnigengesticht te Lawang yang memiliki fasilitas 500 tempat tidur dengan kapasitas maksimal hingga 1.000 pasien. Setelah diperluas pada masa direktur ke-3, J.P.G. Hulshofftol, RSJ ini bahkan menampung 1.171 pasien gangguan jiwa pada 1909.
Pasien mayoritas merupakan orang-orang Belanda. Ada pula yang berasal dari etnis Tionghoa. Karena melampaui kapasitas, pasien bahkan ada yang dititipkan ke penjara. Pada 1941, Rumah Sakit Jiwa Lawang bahkan pernah mencatat jumlah pasien terbanyak hingga 4.200 pasien.
Sebagai bangunan Belanda, rumah sakit yang juga dikembangkan sebagai pusat penelitian otak itu juga memiliki gaya arsitektur ala Hindia-Belanda. Bentuk pintu, jendela, teralis, hingga tata ruang halaman mencerminkan bangunan Eropa. Namun soal fasilitas tak perlu diragukan lagi. Selain ruang perawatan, juga ada ruang instalasi gawat darurat, fisioterapi, dan musala.
Apa Saja Isi Museum RSJ Lawang?
Layaknya museum pada umumnya, Museum Rumah Sakit Jiwa Lawang juga menyajikan suasana masa lalu. Tak hanya tata letak ruang dan ornamen, tapi juga berbagai perabot, lukisan, foto, dan arsip yang dapat menjadi suatu bentuk edukasi untuk masyarakat.
1. Foto Kuno Para Perintis RSJ Lawang
Begitu masuk ke dalam museum, Anda akan disambut foto besar RSJ Lawang pada masa lampau. Deretan foto ini menjadi daya tarik tersendiri karena memperlihatan bagaimana kondisi RSJ saat awal berdiri hingga para tokoh yang merintis.
Beberapa foto lain yang dipajang ialah foto K.R.T. Radjiman Wediodiningrat hingga Dr Hulshoff Pol dan Mevrouw yang merupakan istri direktur RSJ kala itu. Fotonya lengkap dengan baju berenda bergaya Eropa.
2. Ruangan Dr Hulshoff Pol
Jika Anda melangkah ke bilik kanan, maka akan menjumpai ruangan Dr Hulshoff Pol yang dilengkapi perabotan gaya lama. Beberapa di antaranya seperti mesin tik dan telepon kuno.
3. Lukisan Buatan Pasien Gangguan Jiwa
Selain berbagai foto dan perlengkapan kedokteran zaman lampau, di museum ini juga dipamerkan lukisan karya pasien. Anda tak akan menyangka jika beberapa lukisan dengan aliran surealis, natural, hingga abstrak tersebut merupakan karya pasien. Bahkan, pernah ada yang diundang ke Jakarta untuk pameran lukisan.
4. Peralatan Terapi Pasien
Museum ini juga menyimpan berbagai peralatan kedokteran dan terapi yang dulu digunakan untuk merawat pasien gangguan jiwa. Beberapa di antaranya seperti alat terapi di laboratorium untuk mempelajari otak manusia.
Selain itu, juga ada peralatan hidroterapi seperti bak mandi untuk pasien berendam, straight jaket agar pasien lebih tenang, dan masih banyak lainnya.
5. Arsip-Arsip Penanganan Pasien
Di ruangan yang masih terawat dan sama persis dengan foto kuno ala Belanda saat direktur rumah sakit masih bertugas di Rumah Sakit Jiwa Lawang itu juga terdapat arsip-arsip lama. Dokumen penanganan pasien yang juga mencakup keresidenan Pasoeroean itu, semuanya berbahasa Belanda dan ditata dengan rapi.