SURABAYA, Tugujatim.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya melakukan tiga langkah untuk mitigasi bencana gempa. Yakni, pelarangan pendirian bangunan di kawasan rawan, penerapan aturan konstruksi bangunan, dan edukasi mitigasi bencana.
Diketahui beberapa bulan belakangan, bencana gempa terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Bencana tersebut dapat membawa dampak yang besar bagi masyarakat. Berbagai kerusakan akan menimpa seluruh spektrum, mulai dari habitat sosial hingga alam.
Berkaca dari masalah tersebut, Kepala BPBD Kota Surabaya Eddy Christijanto mengungkapkan ada tiga langkah yang dilakukan pemkot untuk menanggulanginya. Pertama, dia mengatakan, pihaknya akan menerapkan aturan terkait pelarangan pendirian bangunan di kawasan yang tergolong rawan bencana. Dalam hal ini, biasanya memiliki kontur tanah yang lunak, seperti kawasan mangrove.
“Salah satunya di kawasan mangrove. Itu memiliki kontur tanah yang lunak. Karena itu, aturan rencana tata ruang di Surabaya harus diterapkan dan tidak boleh ada pendirian bangunan di kawasan tanah yang berkontur lunak,” katanya.
Selain itu, dia mengatakan, Pemkot Surabaya akan mengatur soal konstruksi bangunan. Kebijakan yang tercantum di dalamnya akan dicatat mulai dari segi arsitekturnya, bahan baku, hingga ukuran tinggi maksimal bangunan.
Baca Berita Lainnya:
73 Kasus Kriminal Diungkap Polres Pasuruan selama Dua Bulan
6 Isi Tuntutan Aremania Gelar Aksi Damai di Kejari Kabupaten Malang
“Lalu yang ketiga dengan mengedukasi mengenai mitigasi bencana gempa bumi kepada seluruh stakeholders dan masyarakat,” papar Eddy.
Dia akan mengedukasi mitigasi bencana gempa berupa pemberian label petunjuk arah di setiap bangunan.
“Jadi, masyarakat akan tahu kalau terjadi gempa harus berbuat apa dan keluar dari jalur mana. Selain itu, kami juga membuat video animasi mitigasi tanggap bencana gempa,” tuturnya.
Dengan begitu, Eddy berharap, ketiga langkah tersebut dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat maupun pemerintah daerah untuk meminimalisasi bahaya gempa bumi jika sewaktu-waktu terjadi di Surabaya.
“Kalau ketiga langkah itu diterapkan secara disiplin oleh masyarakat, pemerintah, dan stakeholders, maka dampak gempa bumi akan minim dan bisa waspada,” ujarnya.
Langkah Mitigasi Gempa Bumi di Negara Jepang
Jepang menjadi negara yang rawan terjadi gempa bumi karena letaknya yang berada di pertemuan beberapa lempeng tektonik. Setidaknya, ada 1.500 guncangan kecil hingga berat terjadi setiap tahun.
Sebagai negara maju, Jepang tentunya memiliki strategi dalam meminimalisasi dampak terjadinya gempa bumi. Misalnya, setiap rumah atau gedung di Jepang wajib mengikuti aturan terkait ketahanan guncangan. Teknologi yang digunakan pun cukup canggih, mulai dari dari penggunaan oil damper, pipa baja, hingga tiang pancang harus memiliki kedalaman lebih dari 50 meter.
Selain itu, edukasi mitigasi bencana gempa di Jepang juga diperkenalkan sejak usia dini guna meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan bertahan hidup. Bahkan, sudah menjadi pelajaran wajib anak-anak di sekolah.
Kereta-kereta cepat di Jepang juga dilengkapi dengan sensor pendeteksi getaran gempa bumi. Saat sensor berhasil mendeteksi terjadi getaran, maka kereka akan otomatis berhenti. Jadi, penumpang dapat menyelamatkan diri secara mandiri.