SURABAYA, Tugujatim.id – Pada 26 Februari 2021, Eri Cahyadi bersama Armuji dilantik untuk menduduki jabatan wali kota dan wakil wali Kota Surabaya menggantikan Tri Rismaharini yang sebelumnya memimpin Kota Surabaya. Artinya, Eri-Armuji sudah memimpin Kota Surabaya selama dua tahun. Karena itu, DPRD Surabaya pun memberikan catatan penting soal gaya kepemimpinan keduanya.
Saat ini terhitung bulan pertama setelah dua tahun Eri Cahyadi dan Armuji menjabat. Sebagai Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono menilai keduanya mampu mengatasi pandemi Covid-19 pada awal kepemimpinannya.
“Saya ingat persis waktu itu pada 26 Februari 2021, beliau dilantik. Tidak lama setelah itu, kemudian kita harus menghadapi varian delta yang mengganas. Pak Eri dan Armuji mampu menyelesaikan itu dengan semangat gotong royong bersama TNI dan Polri,” kata Adi.
Selain itu, politikus PDI Perjuangan tersebut juga menilai sepasang pemimpin Kota Surabaya tersebut mampu membangkitkan pertumbuhan ekonomi daerah. Terlebih pasca menghadapi pandemi Covid-19 yang menyerang semua sektor, termasuk ekonomi.
Baca Berita Lainnya:
73 Kasus Kriminal Diungkap Polres Pasuruan selama Dua Bulan
6 Isi Tuntutan Aremania Gelar Aksi Damai di Kejari Kabupaten Malang
“Pada Maret 2022 menjelang Ramadhan, Surabaya dinyatakan PPKM level 1 dan pertumbuhan ekonominya semakin baik. Ini modal dasar kinerja yang luar biasa, gotong royong antara masyarakat dan pemkot,” paparnya.
Meski begitu, dia mengatakan, ada sejumlah PR yang harus segera dituntaskan Pemkot Surabaya pada tiga tahun mendatang. Salah satunya soal kemiskinan.
“Soal kemiskinan, saya kira Pak Eri dan Pak Armuji punya komitmen yang kuat untuk menekan angka di Kota Surabaya setelah lolos dan pandemi Covid-19. Keduanya sudah berkomitmen tidak hanya memberi ikannya, tapi juga kailnya. Jadi, warga yang pada batas kemiskinan ekstrem itu bisa ngetas kehidupannya,” tutur Adi.
Sebagai informasi, tercatat pada awal 2022, angka kemiskinan di Kota Surabaya mencapai 1,3 juta jiwa. Sementara itu, dari data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan di Jawa Timur pada September 2022 mencapai 4,236 juta orang.