Oleh: Rohmat Romadhan, member Pondok Inspirasi
Tugujatim.id – Pandemi membuat perekonomian merosot seperti lajunya roket, tapi ini ke bawah bukan ke atas. Para pedagang kehilangan pelanggan setianya dan para pelanggan setia mulai mikir seribu kali untuk beli barang baru.
Bagi mahasiswa, merosotnya perekonomian berdampak pada uang jajan dan pada kesanggupan orang tua membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Bagi dia yang dapat beasiswa Bidikmisi atau Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) keadaanya tetap aman. Saya tidak menemukan komplain dari mereka. Saya termasuk salah satunya.
Tapi jujur Sebagai anak rantau yang tidak pulang selama pandemi ini, saya merasakan perubahan yang begitu hebat. Saya makin kurus, overthinking dan parahnya lagi biaya sewa kosan makin menunggak. Itu dampak dari merosotnya ekonomi akibat pandemi ini.
Saya mahasiswa di salah satu universitas bergengsi di Bali Utara. Memang biaya hidup di Bali utara tak semahal bagian selatan, tapi percayalah namanya uang pasti cepat habisnya. Selain UKT, mahasiswa juga kebingungan dengan uang sewa kos.
Bagaiman tidak bingung, kosnya ditinggal tapi uang tahunan tetap harus dibayar. Lantas, uang dari mana buat bayar tahunan ini? Begitu kira-kira gerutu para mahasiswa. Tapi beruntung kosan saya di bayar perbulan.
Saya sewa kost perbulan karena tidak mampu bayar tahunan, maklum saya dari keluarga penerima kartu Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Harga sewa kos di kota yang panas ini relatif murah, ada 300 ribu per bulan dan ada yang 500 ribu.
Tapi rata-rata pemilik kos menyewakan dengan sistem tahunan. Hitung sendiri berapa sewa per tahunnya. Kebetulan saya dapat yang bisa disewa bulanan dengan harga 300 ribu rupiah, itu sudah free air dan listrik dengan kamar mandi luar dan dapur umum.
Mungkin kalian mikir kosan saya sama rumah pemilik jauh, ternyata tidak. Justru kosan saya dan rumah pemilik satu lingkungan, parahnya kamar saya masih satu rumah dengan pemilik. Tapi tenang saja saya masuk kamar lewat pintu belakang.
Nama pemilik kos saya adalah Ibu Citra (baca: Cintre). Beliau adalah sosok nyata dari ibu kos yang ada di iklan BukaLapak (bukan promosi, tapi ini nyata). Beliau sangat baik dan perhatian kepada kami.
Beliau tak segan mengangkat jemuran kami dikala ada hujan saat kami sedang kuliah atau sedang tidak berada di kos. Pandemi seperti ini beliau sangat khawatir dengan kesehatan kami, terlebih dengan saya dan rekan saya yang juga tidak pulang kampung.
Jadi kalian harus tahu, di tempat kami ada 7 penghuni, 3 cowok dan 4 cewek. Seluruh penghuni ini pulang kecuali saya dan teman saya cowok. Ibu Citra selalu mengingatkan kami untuk pakai masker saat keluar, cuci tangan dan jaga jarak, pokoknya sudah kayak duta protokol kesehatan.
Di masa yang sulit ini, beliau juga masih saja berbuat baik. Walaupun saya tahu pandemi ini tidak pilih-pilih, artinya semua orang pasti kena dampaknya termasuk ibu kos saya. Namun, di tengah kesulitannya beliau tetap membantu kami.
Jika para mahasiswa lain kebingungan membayar kos lantaran harga sewa tidak bisa di nego, maka berbeda dengan kami. Ibu Citra malah menurunkan harga sewa untuk kami yang masih tinggal di sini selama pandemi. Saya tidak tahu pasti apakah ketentuan ini berlaku untuk penghuni lainnya atau hanya berlaku pada saya. Beliau mengatakan ini kepada saya saat hendak membayar sewa.
“Ini 300 buat 2 bulan ya,” kata beliau.
Sontak saya terkejut, aturannya adalah saya membayar 300 ribu untuk 1 bulan bukan 2 bulan.
“Gapapa, kasian kamu, pandemi kayak gini bayar setengah saja, nanti kalau semua sudah kembali ke sini baru bayar full lagi,” lanjutnya.
Girang sih iya, tapi agak tidak enak, masalahnya saya nunggak di ibu kos sekitar 9 bulan.
Ibu citra memiliki anak bujang satu, ia bungsu. Saking baiknya ibu kos dan lamanya saya nunggak kos kadang saya malah tidak enak sama anaknya. Anehnya, anak ibu kos juga tidak pernah komplain, ia tetap ayem dan ramah kepada kami.
Sehat selalu ya rang baik,
Pada dasarnya kebaikan itu harus tetap dijalankan apapun kondisinya. Anda lagi susah atau lagi senang. Jangan sampai ketika Anda punya, Anda berbuat baik dan ketika tidak punya berhenti berbuat baik.