MALANG, Tugujatim.id – Mahasiswa Geografi UM (Universitas Negeri Malang) melakukan pembelajaran lapangan (Fieldwork Learning) untuk penguatan geokapabilitas mahasiswa pada konteks isu lingkungan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat geokapabilitas mahasiswa melalui identifikasi bentangalam dan analisis isu lingkungan yang berkembang di wilayah tersebut.
Program ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan penelitian yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) tahun 2024, yang diketuai oleh Alfi Sahrina, S.Pd., M.Pd.
Kegiatan ini membutuhkan waktu panjang karena dimulai dari identifikasi stopsite yang akan dipetakan sampai dengan analisis sata hasil fieldwork learning. Identifikasi dan pemetaan stopsite merupakan langkah awal yang dilakukan sejak bulan Agustus 2024. Hal ini bertujuan agar menghasilkan media pembelajaran yang dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai sarana pembelajaran tentang andscape yang akan dikaji.

Stopsite yang telah dipetakan kemudian dikembangkan menjadi sebuah media pembelajaran. Media pembelajaran didesain dengan konsep virtual fieldwork yang memberikan kesan perjalanan nyata secara virtual pada stopsite yang telah terpetakan. Setelah mahasiswa mendapatkan konsep teori dari permasalahan yang akan dikaji di lapangan, mahasiswa melakukan persiapan untuk fieldwork leraning pada salah satu stopsite tersebut. Dengan membuat peta lokasi kajian berbantuan Arc-GIS, mempersiapkan alat dan bahan, serta membuta instrument pengukuran.
Fieldwork learning ini difokuskan pada pengamatan dan kajian langsung terhadap beberapa isu lingkungan krusial yang terjadi di lokasi kajian. Adapun stopsite yang dikunjungi untuk kegiatan fieldwork leraning antara lain kawasan Sumberbrantas dan Bumiaji di Kota Batu, dan Madiredo, di Kabupaten Malang. Mahasiswa mengidentifikasi potensi longsor di daerah perbukitan, pencemaran akibat limbah kotoran sapi, dan perubahan penggunaan lahan yang memengaruhi keseimbangan ekologis kawasan. Identifikasi pada masing-masing stopsite dilakukan dengan pengujian fisik serta wawancara mendalam kepada masyarakat lokal terkait dengan topik yang dibahas.

Alfi Sahrina, M.Pd, salah satu dosen pendamping lapangan, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya integratif untuk menghubungkan teori di kelas dengan praktik lapangan.
“Mahasiswa dapat memahami dinamika lingkungan secara holistik, termasuk mencari solusi terhadap permasalahan yang mereka identifikasi,” ungkapnya. Hal ini dapat memperkuat geokapalitas mahasiswa terutama dalam berpikir integratif. Selain berpikir integratif, aspek geokapabilitas lain yang dikuatkan ethical subjek juga meningkat karena kajian terkait dengan isu lingkungan ini memberikan perspektif bagi mahasiswa untuk bertindak dalam mengalola dan memanfaatkan alam sekitarnya secara arif dan bijaksana.
Lebih lanjut lagi, mahasiswa juga berlatih untuk mengintegrasikan kemampuan berpikir spasialnya melalui implementasi pembacaan dan identifikasi lokasi yang terdapat pada peta yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Kemampuan berpikir spasial adalah keterampilan untuk memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan hubungan antara objek, ruang, dan fenomena di permukaan bumi. Keterampilan ini melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan, memanipulasi, dan memahami data spasial dalam berbagai bentuk, seperti peta, diagram, atau representasi tiga dimensi. “Kami dapat mengetahui permasalahan secara langsung di lapangan, sehingga memberikan pengalaman dalam melakukan identifikasi, analisis, dan mencari alternatif pemecahannya dari berbagai persepktif,” ungkap Imelda Nasywa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter : Fajrus Sidiq
Editor: Darmadi Sasongko