Tugujatim.id – Indonesia memperingati Hari Radio Nasional ke-76 pada Sabtu (11/9/2021) ini. Peringatan Hari Radio Nasional yang selalu diperingati untuk menandai lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI) yang berdiri pada 11 September 1945. Yakni untuk merayakan kehadiran radio sebagai media penyalur informasi dan hiburan sejak sebelum kemerdekaan hingga kini.
Peringatan ini menjadi hal yang sangat wajib untuk dirayakan oleh para insan radio. Pandemi Covid-19 bukan jadi penghalang bagi mereka untuk dapat menyeramakkan Hari Radio Nasional yaitu dengan menggunakan twibbon, foto, serta postingan dan peringatan lainnya melalui sosial media.
Saat ini, selain Radio Republik Indonesia (RRI) banyak perusahaan radio yang terus berkembang dan mengikuti perkembangan jaman untuk menghibur dan memberikan informasi bagi masyarakat. Tapi, tahukah kita sejarah lahirnya Hari Radio Nasional itu?
Sejarah Hari Radio Nasional
Melansir dari laman resmi KPI, RRI dibentuk pada saat sebulan setelah Radio siaran milik pemerintahan Jepang yang berkedudukan di Jakarta yang bernama Hoso Kyoku dihentikan, tepatnya 19 Agustus 1945.
Pada saat itu, rakyat Indonesia baru saja merdeka dari penjajahan. Masyarakat tidak tahu harus mendapat informasi dari mana. Kondisi ini menjadi tidak karuan karena banyak radio luar negeri yang menyiarkan bahwa tentara Inggris (sekutu) akan menduduki pulau Jawa dan Sumatera.
Orang-orang yang pernah aktif bekerja di radio pada masa kependudukan Jepang menyadari radio merupakan alat yang diperlukan pemerintah Republik Indonesia untuk memberikan informasi dan berkomunikasi dengan rakyat.
Kemudian, delapan orang yang pernah aktif di radio Hosu Kyoku mengadakan pertemuan bersama pemerintah di Jakarta. Delapan orang yang mengikuti delegasi radio saat itu adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, dan Maladi.
Abdulrahman Saleh, yang menjadi ketua delegasi, menguraikan garis besar dari rencana pada pertemuan tersebut dimana radio menjadi hal yang penting sebagai alat komunikasi pemerintah dengan rakyat karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesimpulan, antara lain dibentuknya Persatuan Radio Republik Indonesia yang akan meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa, mempersembahkan RRI kepada Presiden dan Pemerintah RI sebagai alat komunikasi dengan rakyat. Serta menghimbau supaya semua hubungan antara pemerintah dan RRI disalurkan melalu Abdulrahman Saleh.
Pertemuan tersebutlah yang menjadi awal bagi perkembangan radio di Indonesia sampai pada pada hari ini.