Tugujatim.id – Artikel ini akan menceritakan kembali tentang dua negara dengan obsesi mereka terhadap satu tanaman dengan nama latin Camellia sinensis atau yang kita sebut teh. Siapa yang akan mengira kalau minuman yang kita seduh setiap hari ini pernah menjadi rebutan dua negara besar pada masa itu.
Pada pertengahan abad ke-19, Inggris adalah kekaisaran yang hampir tak tertandingi. Kekuasaan Inggris hampir meliputi seperlima permukaan dunia namun keberadaan ‘daun-daun kecil yang direndam dalam air panas’ membuat Inggris menjadi pencuri yang paling dikenal sampai saat ini terutama bagi masyarakat Cina. Bahkan demi untuk mendapatkan rahasia pengolahan teh di Cina, Inggris harus mengirimkan seorang ahli Botani asal Skotlandia.
Baca Juga: 6 Tips Perawatan Motor saat Musim Hujan
Sebenarnya permasalahan ini terlihat sederhana, Cina memiliki teh dan Inggris menyukai teh. Cina menjadi pusat perdagangan teh terbesar di seluruh dunia dan Inggris menjadi salah satu negara peminum teh terbesar di dunia. Masyarakat Inggris pertama kali mengenal teh melalui putri Portugis bernama Catherine de Braganza pada tahun 1662. Sejak saat itu, teh mulai mendominasi dan mengalahkan keberadaan bir yang menjadi minuman favorit mereka sebelumnya.
Inggris Mulai Gunakan Opiun sebagai Alat Tukar untuk Membeli Teh
Hal ini tentu bukan tidak menimbulkan masalah. Saat Inggris melakukan pembelian dalam jumlah besar untuk memenuhi hasrat meminum teh, Cina tidak membeli barang-barang dari Inggris sebagai bentuk timbal balik. Tentu saja hal ini mengakibatkan masalah pada neraca pembayaran. Akhirnya Inggris pun mulai menjual opium sebagai alat tukar dagang dengan teh. Namun sayangnya perdagangan opium juga bukanlah hal yang mudah.
Tidak hanya itu, Cina juga mulai merasakan kerugian dari perdagangan yang dilakukan dengan Inggris. Kaisar Cina tidak menyukai opium sebagai alat tukar dengan teh karena secara tidak langsung mereka juga tengah membentuk negara pecandu narkoba. Mulai dari sini, sang Kaisar menyita dan memusanahkan keberadaan opium.
Baca Juga: Revisi Peraturan Wamil, Kini Artis K-Pop Bisa Tunda Keberangkatan
Inggris Kirimkan Kapal Perang hingga Pencurian Cara Menanam Teh
Lantas bagaimana dengan Inggris? Tentu saja hal ini memicu emosi Inggris yang membuat mereka mengirimkan kapal perang. Namun di titik ini, Inggris mulai menyadari bahwa jika mereka ingin memenuhi konsumsi teh di Inggris dan tidak berurusan dengan orang Cina maka mereka harus memilikinya sendiri.
Oleh karena itu, di tahun 1848, Inggris memulai pencurian botani yang juga disebut sebagai salah satu pencurian kekayaan intelektual terbesar dalam sejarah. Inggris memutuskan untuk mengirim Robert Fortune, seorang ahli Botani Skotlandia untuk mencuri tanaman teh dan mengetahui bagaimana cara mengolahnya untuk membangun produksi teh mereka sendiri di India.
Maka mendaratlah Fortune di tanah Cina. Ia menyamar, membaur, dan berpakaian layaknya seorang pedagang Cina yang kaya raya. Dalam misi ini, Inggris bukan hanya membutuhkan tanaman teh dari kebuh terbaik di Cina namun mereka harus mendapatkan seseorang yang bisa mengajari cara mengolah dan menghasilkan teh terbaik. Faktanya, Fortune sukses menyelundupkan benih teh dari Cina ke India. Hasilnya? Tentu saja Inggris berhasil mendominasi perdagangan teh di dunia, jauh melampaui Cina.
Melansir dari buku “For All the Tea in China: How England Stole the World’s Favorite Drink and Changed History” yang ditulis oleh Sarah Rose, Fortune yang melatih dirinya sendiri untuk mengetahui setiap detail pengolahan teh di Cina. Bagi Fortune, ia tidak melakukan sebuah tindakan pencurian. Menurut Fortune sebagai seorang ahli botani, tanaman adalah milik semua orang. (Andita Eka W/gg)
Referensi: npr.org, theatlantic.com, & smithsonianmag.com