SURABAYA, Tugujatim.id – Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta punya alat bernama GeNose yang mampu deteksi COVID-19 dari hembusan nafas. Lalu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya juga punya alat yang bisa mendeteksi COVID-19 dari bau keringat di ketiak. i-nose c-19, begitulah alat ini disebut.
Lantas, mana yang lebih unggul antara dua alat screening COVID-19 ini?
Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD, penggagas teknologi bernama i-nose c-19 dari ITS menyatakan bahwa sebenarnya setiap penemuan tersebut saling melengkapi satu sama lainnya.

“Kalau secara prinsip, saling melengkapi. Tujuan penelitian itu punya kelebihan masing-masing. Kalau i-nose c-19 semua sudah satu alat, tidak menggunakan laptop lagi. Bisa pakai adaptor dan baterai. Terkoneksi dengan cloud computing, nanti ada modem dan bisa terkoneksi. Sertifikat bisa langsung dikirim ke WhatsApp dan ada QR Code, lebih praktis,” jelas Prof Riyan pada Tugu Jatim melalui sambungan telepon, Jumat (22/01/2021).
Selain itu, Prof Riyan kembali menjelaskan mengenai i-nose c-19 agar lebih mengetahui perbedaan dengan GeNose yang digagas oleh akademisi UGM Yogyakarta. Prof Riyan menyampaikan bahwa GeNose menggunakan sampel nafas, i-nose memakai sampel keringat bau ketiak yang limbahnya tidak menular.
“Yang satu (GeNose dari UGM, red) sampling melalui nafas. Sedangkan, i-nose pakai bau keringat ketiak. Itu yang membedakan. Kemudian, i-nose ini dilengkapi data enrty pakai KTP ditempelkan, datanya masuk. Sinyal sampling dimulai, nanti dari bau ada sinyal listrik, nanti diproses oleh Artificial Intellegence (AI). Nanti ada hasilnya, positif COVID-19 atau negatif COVID-19,” terang Guru Besar ITS Surabaya tersebut.
Ada yang membuat i-nose c-19 lebih portable dibawa ke mana-mana. Yaitu, semua proses yang dilakukan hanya menggunakan satu alat, semua sudah menjadi satu dalam i-nose c-19, mulai dari scan identitas KTP, proses sampling hingga mengeluarkan hasil screening COVID-19. Sehingga lebih praktis.
Berikutnya, Prof Riyan juga menekankan sampel yang dipakai i-nose c-19 ini dari bau keringat ketiak yang aman, tidak menular (non-infectious). Sehingga limbah hasil screening aman dan tidak menularkan COVID-19 ada orang lain yang menggunakan teknologi ini.
“Lewat keringat itu tidak menular. Artinya nanti limbah keluar yang terbuang dari alat itu, aman, tidak mengandung virus COVID-19,” pungkas Prof Riyan pada Tugu Jatim mengenai perbedaan i-nose c-19 dan GeNose yang merupakan teknologi menarik dan membantu memudahkan screening COVID-19. (Rangga Aji/gg)