TUBAN, Tugujatim.id – Setelah mendonorkan plasma konvalesen pada beberapa hari lalu, 4 anggota Polres Tuban menerima penghargaan dari Kapolres Tuban, AKBP Ruruh Wicaksono, Senin (8/2/2021) siang.
Keempat anggota tersebut yakni Ipda Khoirul, Kanit Reskrim Polsek Singgahan; Aiptu Rahmad Muis, anggota Polsek Tuban; Bripka Agung Saputra, anggota Satuan Intelkam; serta Bripda Thomas, anggota Satuan Sabhara.
Mereka dinyatakan lolos screaning yang dilakukan PMI Tuban. Dari 28 anggota, hanya empat yang dinyatakan memiliki kualifikasi untuk bisa mendonorkan plasma konvalesen.
“Untuk bisa memenuhi syarat jadi pendonor plasma ini harus melalui screening, ketika diwawancara, ditanya bagaimana gejala-gejala saat terpapar COVID-19, karena gejalanya berbeda-beda bahkan ada yang tidak bergejala, jadi tidak semua penyintas bisa memenuhi syarat,” Jelas Kapolres Tuban, AKBP Ruruh.
Plasma konvalesen dianggap penting dan sangat dibutuhkan, masih kata Mantan Kapolres Madiun ini, terutama bagi pasien COVID-19 yang akut. Transfusi plasma konvalesen merupakan salah satu terapi tambahan untuk mengobati pasien COVID-19 sebagai upaya meningkatkan angka kesembuhan dan menekan angka kematian.
“Saya ingatkan kepada rekan-rekan untuk selalu jaga kesehatan, Kita yang selalu di depan memberikan himbauan kepada masyarakat jangan sampai justru kita lengah dan terpapar COVID-19” kata perwira berpangkat dua melati kelahiran Ngawi ini.
Data lain yang dihimpun Tugu jatim, Dikutip dari www.voaindonesia.com, menyebutkan donor plasma konvalesen bukan metode absolut. Tim peneliti terapi plasma konvalesen di RSUP dr Sardjito Yogyakarta, dr Johan Kurnianda mengatakan ini bukan metode baru. Dalam kasus ebola, MERS, SARS, hingga H1N1 tahun 2009, terapi ini terbukti memperbaiki hasil perawatan penderita dan menurunkan angka kematian.
Pengobatan terapi plasma itu kalau dalam dunia kedokteran adalah pengobatan adjunctive, tambahan dari pengobatan standar yang ada. Dia bukan satu satunya yang diberikan. Diharapkan dengan begitu, pengobatan menjadi lebih efektif dan orangnya survive,” kata Johan.
Johan menjelaskan, ketika ada serangan dari luar, sistem imun standar akan melawannya. Jika gagal, ada cadangan sistem imun yang bersifat khusus. Namun, ini ibarat pedang bermata dua. Badai sitoklin kemungkinan terjadi, ketika sistem pertahanan tubuh bekerja berlebihan dan justru merusak tubuh pasien.
Kondisi inilah yang harus dihindari. Terapi plasma konvalesen berfungsi menambah efektifitas pengobatan yang diberikan bagi pasien COVID-19. Diharapkan, langkah ini mampu menurunkan badai sitoklin dan meningkatkan antibodi. (Mochamad Abdurrochim/gg)