MALANG, Tugujatim.id – Sejak dulu Kota Malang memang dikenal sebagai salah satu barometer musik Indonesia. Lantaran, kota ini selalu menghasilkan musisi-musisi andal dan berbakat, baik di tingkat regional hingga nasional.
Tampaknya, label itu belum luntur hingga saat ini dengan lahirnya Agnes Cefira Marcelia sebagai juara dua di kompetisi musik Pop Academy yang dihelat oleh Indosiar.
Namun, mungkin banyak yang belum tahu jika adik dari Gwen Priscilla, ex-Mahadewi, ini mengawali karir profesionalnya di dunia tarik suara bersama Silver Band Malang.
“Nama band saya Silver Band Malang, personelnya 5 orang. Ada gitaris, bassist, keyboardist, drumer, dan vokalisnya saya (Agnes),” ungkap Agnes saat dikonfirmasi tim tugumalang.id pada Selasa (19/01/2021).
Perempuan kelahiran Malang, 7 Maret 1997, ini juga menceritakan bagaimana keseruan selama mengikuti audisi Pop Academy hingga masuk grand final.
“Awal perjalanannya itu berawal dari audisi online Pop Academy sekitar Juli 2020 lalu. Jadi, kayak share video ke mereka. Lalu satu bulan berikutnya ternyata saya dinyatakan lolos audisi online oleh Kak Giring Ganesha,” kenangnya.
“Selanjutnya, saya berhasil lolos sampai babak final audition. Baru saat final audition, saya berangkat ke Jakarta sekitar Agustus 2020,” sambungnya.
Setelah lolos tahapan final audition, perempuan yang juga memiliki usaha burger ini harus menunggu satu bulan untuk bisa melanjutkan ke tahap 40 besar.
“Setelah final audition, harus nunggu lagi sampai September 2020 untuk ikut yang 40 besar Pop Academy. Memang nunggunya satu bulan karena saat itu ada PSBB di Jakarta,” ucapnya.
“Saat 40 besar, saya baru melihat satu per satu pesertanya bagaimana. Tapi, saat itu saya sudah fokus kayak ke Waode, Sandi, dan Jessica. Sebab, menurut saya, mereka sudah menonjol dari awal. Jadi kayak menganggap rivalnya gitu deh,” tambahnya.
Selama tahap eliminasi, banyak kisah yang membekas di ingatannya, mulai dari kisahnya terdampar di grup terakhir hingga berada di grup kedua.
“Hingga akhirnya saya masuk ke 30 besar dapat lagu Roman Picisan dengan aransemen yang sangat berbeda dari lagu aslinya. Jadi, benar-benar memanfaatkan bagaimana caranya lagu ini supaya benar-benar menjadi milik Agnes,” imbuhnya.
Menurut dia, menunggu giliran hingga di grup 10 itu sangat menguras waktu dan emosi sehingga harus memanfaatkan momen agar aransemen lagu yang dibuat bisa berbeda dari lagu aslinya. Dan dia mengungkapkan waktu itu mendapatkan kesan yang sangat luar biasa.
“Setelah di 30 besar dapat grup 10, saya langsung dapat grup 2. Jadi, cuma berhenti 1 hari doang langsung tampil lagi di top 20. Itu merupakan pengalaman yang sangat menantang buat saya,” ungkapnya.
Saat masuk grand final, perempuan yang juga sempat mengikuti The Voice Indonesia 2019 ini tidak bisa langsung bersantai.
“Saat masuk grand final yang pasti sangat gugup karena jurinya udah beda dan kelas internasional seperti Agnez Mo. Sangat menantang sekali karena kami harus nyanyi lagunya Kak Agnes Mo di depan orangnya langsung,” bebernya.
Hingga Agnes harus puas mendapatkan juara kedua. Dan untuk juara pertamanya berhasil diraih oleh Waode asal Baubau.
Selama berjalannya kompetisi, Agnes sangat berterima kasih kepada warga Malang Raya dan para pejabat yang sudah memberikan support sepanjang kompetisi.
“Saya tau ada Bupati Malang Pak Muhammad Sanusi, lalu Pak Made dari Kadisparbud Kabupaten Malang, sama Pak Wahyu juga Sekretaris Daerah Kabupaten Malang. Selain itu, ada Wakil Wali Kota Malang Pak Sofyan Edi Jarwoko dan Wakil Gubernur Jatim Pak Emil Elestianto Dardak juga yang memberi dukungan melalui Instagram. Ada banyak juga dukungan orang-orang penting di Kota Malang yang memberikan dukungan, Agnes tahu karena semua video selalu di-forward ke saya,” sebutnya satu per satu.
“Pastinya itu menambahkan semangat tersendiri karena dari orang-orang Kabupaten Malang seperti contohnya Pak Made sering memberi support dengan memberikan job kepada bandnya di acara-acara penting Kabupaten Malang sampai acara pernikahan. Jadi, memang sudah kenal dekat dan sering ketemu bareng teman-teman band, dan kalau minta bantuan dan dukungan selalu ke Pak Made,” tambahnya.
Kepada tugumalang.id, perempuan berhijab ini membeberkan jika dia memang memiliki darah musisi di tubuhnya.
“Kakak aku Gwen Priscilla, ex-Mahadewi, memang penyanyi juga dan dulunya juga penyanyi band kayak saya ini. Ya kurang lebih saya mengikuti jalannya kakak. Tapi, sekarang kakak sudah menikah, jadi tidak melanjutkan karirnya,” bebernya.
Impian Agnes untuk menjadi musisi sudah mendapatkan dukungan sejak dia masih kecil. Bahkan, support dari kedua orang tua tidak main-main agar Agnes sukses menjadi penyanyi.
“Kalau Agnes sendiri mulai nyanyi itu dari SD. Waktu itu sudah berani mau nyanyi, kadang disogok sama orang tua buat nyanyi bareng kakak di kafe terus dikasih uang Rp 50 ribu. Kebetulan orang tua juga suka banget melihat anaknya bernyanyi. Kami dulu juga punya CD-CD buat karaoke dan sering karaokean bareng berempat (papa, mama, kakak, dan Agnes) karena sering difasilitasi buat karaokean gratis sama papa,” ujarnya.
“Agnes dulu juga sering ikut lomba-lomba nyanyi di tingkat daerah, nasional, antar band, dan akhirnya sampai bisa membentuk band Agnes sendiri dari nol sampai besar pada 2016 sampai sekarang,” terangnya.
Terakhir, Agnes menuturkan agar para wanita di luar sana tidak patah semangat untuk meraih impiannya menjadi musisi.
“Pokoknya jangan berhenti untuk berusaha. Kalau saran dari Agnes, sekuat dan semampu kalian aja. Semua orang punya kualitas masing-masing, kalau ada orang tanya kok bisa suara saya tinggi, tapi dia tidak. Kalau menurut saya ikuti aja alur kalian, ikuti aja kualitas yang kalian punya. Karena gak semua orang punya vokal yang tinggi. Sebab, ada vokal yang tinggi, ada yang rangenya rendah, dan ada juga yang rangenya medium, itu ikuti aja alur kalian,” tegasnya.
“Semua perjalanan kalian itu akan terbayarkan kalau kalian itu bisa berusaha dari bawah, bisa susah-susah dulu. Kayak Agnes selama di Pop Academy itu sering banget nangis karena jauh dari keluarga. Saya juga harus meninggalkan semua kegiatan yang menghasilkan uang di Malang. Apa-apa yang saya punya di Malang ditinggalkan untuk meniti karir di dunia ini, semua butuh perjuangan. Sebab, semua perjuangan tidak ada yang instan, nikmati aja alur kalian, selama kalian mau berusaha dan masih mau menghasilkan karya yang luar biasa, maka nikmati dan jangan lupa ikhlas serta bersyukur,” ujarnya. (rap/ln)